"Saya akan menumpang kereta jarak jauh dengan tiket harga berapa pun saya bayar daripada saya naik bis. Kemewahan waktu tempuhnya (kereta api) tidak dimiliki oleh moda transportasi lain," ujar dia.
Kenangan lainnya, ia berada di rangkaian Prameks ketika mengalami kecelakaan di daerah Kalasan, Sleman.
"Saya kebetulan pernah ngalamin yang (Prameks) guling di petak Kalasan, pengalaman yang sangat wah ternyata. Kalau macet kan masih... kalau kecelakaan itu kan peristiwa yang luar biasa, saya sangat terkenang," ujar Ida.
Atas semua pelayanan yang sudah diberikan Prameks kepada masyarakat, sebagai salah satu penumpang setia, Ida mengucapkan banyak terima kasih.
"Kami sangat berterima kasih sekali atas layanan Prameks yang sudah menjadi bagian keseharian kami yang menjadi penglaju, baik teman-teman dari Kutoarjo, dari Jogja, dari Solo, dan sebaliknya," kata Ida.
"Ini sesuatu yang betul-betul membantu kehidupan kami, membantu mobilitas kami, sehingga kehidupan kami menjadi seperti sekarang ini," lanjut dia.
Meski banyak kenangan baik dan manfaat yang ia rasakan dari Prameks, Ida bersyukur atas kehadiran KRL yang menggantikan Prameks.
"Ini menjadi harapan yang terkabulkan," ujar Ida.
Ia mengisahkan, ada banyak persoalan terkait operasional Prameks yang dirasakan para penggunanya.
Misalnya, okupansi yang terbatas dan peminat yang tinggi. Hal itu membuat calon penumpang harus berebut tiket dan belum tentu mendapatkan tempat duduk di kereta.
"Tahun 2012 itu kami mendengar akan adanya KRL, jadi beritanya sudah sejak lama, wah ini ada harapan kehidupan penglaju ini akan menjadi lebih terakomodir," kata Ida.
Kini, harapan itu benar-benar terwujud, dengan melepas Prameks dan segala kenangannya.