Jabatan yang pernah diemban oleh suami dari drg Eka Diyah Rusyati ini di antaranya, Komandan Batalyon 52 Grup 5 Kopassus, Komandan Kodim 0303/Bengkalis, Wakil Komandan Resimen Taruna Akmil, Asintel Danjen Kopassus (2008), Asintel Kasdam Jaya (2009) dan Danrem 101/Antasari (2012-2013).
Karier militer Herindra terus menanjak hingga memperoleh pangkat bintang satu dan menjabat sebagai Wadanjen Kopassus (2013-2014) dan kemudian menjabat sebagai Kasdam III/Siliwangi (2015).
Pada 2015, Herindra kembali ke Cijantung dan dipercaya untuk menjabat Danjen Kopassus hingga 2016.
Karena mampu bekerja dengan baik sebagai Danjen Kopassus, Herindra dipercaya dan dipromosikan untuk menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi (2016-2017).
Selanjutnya, ayah dari Arif Akbar H ini bertugas di Markas Besar (Mabes) TNI, mulai dari Pa Sahli Tk. III Bid. Hubint Panglima TNI 2017-2018) dan dipromosikan sebagai Inspektur Jenderal (Irjen) Mabes TNI (2018-2020).
Selama hampir dua tahun menjabat sebagai Irjen Mabes TNI, Muhammad Herindra kembali dipercaya untuk menjabat Kasum TNI untuk menggantikan Letjen TNI Joni Supriyanto.
Baca juga: Rekam Jejak Pahala Nugraha Mansury, Wakil Menteri BUMN Mantan Bos BTN
Harian Kompas, 16 April 2016 pernah memberitakan beberapa petikan wawancara dengan Herindra ketika dirinya masih menjabat sebagai Danjen Kopassus.
Baca juga: Aturan Perjalanan Terbaru: Penumpang Pesawat Dilarang Makan dan Minum, Ini Alasannya?
Saat ditanya bagaimana cara membangun kemampuan seorang prajurit Kopassus agar di atas rata-rata, Herindra menjawabnya secara lugas.
Menurutnya, latihan fisik yang keras dan kebersamaan akan dapat membentuk diri seorang prajurit Kopassus.
"Bagian terberat adalah melawan diri sendiri. Dibutuhkan orang-orang dengan kemampuan dan kerelaan untuk mau menjalani kehidupan sebagai seorang prajurit Kopassus," kata Herindra.
Kemudian, lanjutnya, ketika latihan dan pembentukan prajurit komando, tidak seorang pun memakai tanda pangkat.
Dengan kata lain, prajurit dan perwira dalam posisi setara. Bahkan, di waktu-waktu tertentu, bawahan memimpin di lapangan dan kemudian dievaluasi bersama.
"Persaudaraan dibangun dari kesetaraan tersebut. Selanjutnya saat taklimat (briefing sebelum operasi), tidak hanya dihadiri komandan, tetapi juga seluruh anggota demi mencapai sasaran operasi," terangnya.
Menurut Herindra, saat ini kita patut bersyukur Indonesia relatif aman dan tidak banyak pemberontakan seperti masa awal Republik Indonesia berdiri.
Baca juga: 6 Menteri Baru Dilantik, Siapa yang Memiliki Kekayaan Terbanyak?