Carlos Manuel Piedra menjadi presiden sementara Kuba hanya selama 2-5 jam. Dia ditunjuk setelah Presiden Fulgencio Batista mundur pada 1 Januari 1959, disusul wakil presiden mundur sehari kemudian.
Sesuai konstitusi, Ketua Kongres seharusnya menjadi presiden baru Kuba, tetapi dia juga mengundurkan diri saat pasukan Fidel Castro bergerak menuju Havana.
Konstitusi mengatur dalam kondisi darurat semacam itu maka giliran menjadi presiden jatuh kepada hakim mahkamah agung yang tertua. Oleh karena itu, Piedra yang ditunjuk sebagai presiden sementara.
Setelah menjadi presiden untuk beberapa jam, Piedra kabur ke kedutaan besar AS untuk meminta perlindungan. Dia meninggal dunia pada 1988 dalam usia 93 tahun.
3. Siaka Stevens (Sierra Leone)
Siaka Stevens dilantik menjadi presiden Sierra Leone pada 21 Maret 1967 di Istana Gubernur Jenderal.
Namun, sekitar 30 menit setelah pelantikan, pemberontak menerobos masuk ke tempat itu dan menangkap Stevens.
Dia kemudian berhasil merebut kembali kekuasaan pada 1968 dan tetap menjadi presiden hingga 1985.
Baca juga: Surplus, Kuba Kirim Dokter ke Penjuru Dunia, Hampir ke 40 Negara
4. Roger La Fontant (Haiti)
Roger La Fontant menjabat sebagai presiden Haiti dalam waktu kurang dari 24 jam.
Pada 1991, Presiden Herald Abraham mengundurkan diri. Sesuai undang-undang, seharusnya Ketua Mahkamah Agung Ertha Pascal Trouillot yang menjadi pejabat presiden.
Dia kemudian menggelar pemilihan presiden, tetapi La Fontant mengambil kesempatan untuk menggelar kudeta dan menguasai negeri itu.
Namun, dalam waktu 24 jam, terjadi perlawanan terhadap La Fontant yang berhasil mendudukkan kembali Trouillot ke posisinya.
LaFontant pun dijebloskan ke penjara hingga tewas dibunuh di dalam penjara pada akhir tahun 1991.
5. Skender Gjinushi (Albania)
Gjinushi menjadi Presiden Albania pada 24 Juli 1997 dengan masa jabatan antara 2-5 jam.
Pasca-berakhirnya rezim komunis, Albania diperintah Sali Berisha yang korup.
Pada 1997, Berisha kalah dalam pemilu, tetapi enggan meninggalkan jabatannya.