SETELAH berbulan-bulan hidup dalam kecemasan akibat pagebluk Corona, akhirnya saya berhak merasa lega maka gembira menyambut ketibaan apa yang dihebohkan sebagai new normal.
Meski tidak dapat dipastikan bahwa saya terbebas dari kemungkinan terpapar virus Corona, saya antusias menyongsong new normal dengan penuh harapan.
Saya juga berupaya mengingkari kenyataan bahwa dalam hal kesehatan mungkin saya bebas Corona namun sebenarnya saya masih dalam kondisi old normal yaitu setiap saat saya yang sudah lansia ini rawan terpapar penyakit lain.
Karena yang beredar di sekitar saya bukan hanya virus Corona namun beranekaragam virus yang sudah punya nama akibat sudah dikenal manusia mau pun yang belum punya nama akibat belum ditemukan oleh para biomolekularawan.
Setiap saat kesehatan saya bisa terganggu penyakit organik di dalam tubuh diri saya sendiri mirip di masa old normal meski disebut new normal.
Mengenai keselamatan nyawa saya juga tetap berada pada kondisi old normal sebab setiap saya bisa jatuh terjerembab lalu kepala terbentur lantai sehingga saya mati di dalam rumah sendiri sebab menurut kata para statistikawan prosentasi terbesar kecelakaan fatal justru berada di dalam rumah sendiri.
Bukan mustahil akibat menulis naskah ini saya dilaporkan polisi dengan alasan yang bisa dicari untuk mempolisikan saya.
Bukan mustahil bahwa pada suatu hari saya dirampok lalu agar saya tidak bisa lapor ke polisi maka langsung saya dibunuh oleh perampok.
Bukan mustahil ada teroris kumat angkara murka bom bunuh diri di lokasi yang kebetulan saya berada padahal saya tidak bermusuhan bahkan tidak mengenal sang teroris.
Juga tidak ada yang bisa menjamin bahwa old normal di mana para koruptor bebas merdeka merajalelakan korupsi tidak akan kembali terjadi di masa yang disebut sebagai new normal.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan