Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resesi dan Pandemi, Bagaimana Melihatnya sebagai Peluang, Bukan Ancaman?

Kompas.com - 08/11/2020, 07:35 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Saran untuk UMKM

Hermawan menjelaskan, pada situasi pandemi dan resesi seperti saat ini, pelaku UMKM sudah banyak dibantu oleh pemerintah.

Namun, masalah terbesar ada pada UMKM itu sendiri.

"Masalah yang terbesar itu adalah jiwa entrepreneur-nya itu, bersungguh-sungguh apa tidak. Kalau yang sungguhan itu kan jatuh bangun tekuni," kata Hermawan.

Sebaliknya, bagi yang tidak memiliki jiwa entrepreneur, masa-masa sekarang ini ibarat sebagai ujian bagi mereka apakah bisa bertahan atau tidak.

Menurut Hermawan, banyak pelaku UMKM mengalami kegagalan karena beberapa hal.

"Saya tahu betul penyakitnya UMKM itu banyak yang gagal karena ikut-ikutan, karena tidak kunjung dapat pekerjaan, karena dipecat sama bosnya lalu mendirikan usaha," kata dia.

"Nah, sekarang kan lagi musimnya pemecatan ini, banyak terjadi entrepreneur dadakan sekarang ini," ujar Hermawan.

Berikut sejumlah tips dari Hermawan, bagi mereka yang baru mulai dan tengah membangun usaha:

  1. Bisa melihat peluang, bukan ancaman
  2. Berani mengambil risiko, bukan menghindari risiko
  3. Siap untuk bekerja sama dengan siapa pun, termasuk dengan kompetitor

Langkah berikutnya dalam melihat peluang usaha di tengah badai resesi dan pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai adalah dengan selalu memantau apa yang diinginkan konsumen.

Baca juga: Indonesia Resmi Resesi, Ini yang Perlu Kita Tahu soal Resesi dan Dampaknya

Hermawan mengatakan, marketing sejatinya berasal dari customer.

"Kalau mereka berubah preferensinya, berubah prioritasnya, ya itu harus dicari. Siapa tahu preferensi dan prioritas tidak dilihat oleh kompetitor," ujar dia.

Oleh karena itu, kata Hermawan, pelaku usaha harus tahan banting, apalagi pada situasi seperti ini.

Pelaku usaha harus selalu mengintip sekecil apa pun peluang yang ada di depan mata.

"Ibaratnya, entrepreneurship itu tahan bantingnya tadi, kalau marketing itu diferensiasinya," kata Hermawan.

Bagi mereka yang baru memulai usaha, Hermawan berpesan, agar mempersiapkan mental yang tahan banting.

Contohnya, siap dicibir, harus siap jika tidak mendapatkan pinjaman usaha, dan lain-lain. 

"Kedua, dengan modal yang ada, pilihlah sektor yang tidak terlalu jelek dan pemainnya tidak banyak. Kalau pemainnya sudah banyak ya jangan masuk situ," jelas dia.

Pelaku usaha juga harus memiliki minat pada bidang usaha yang akan ditekuninya.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Jenis Aktivitas Usaha yang Dibuka Selama PSBB Transisi Jilid 2

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Harta Prajogo Pangestu Tembus Rp 1.000 Triliun, Jadi Orang Terkaya Ke-25 di Dunia

Tren
Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Media Asing Soroti Banjir Bandang Sumbar, Jumlah Korban dan Pemicunya

Tren
Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Sejarah Lari Maraton, Jarak Awalnya Bukan 42 Kilometer

Tren
Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Rekonfigurasi Hukum Kekayaan Intelektual terhadap Karya Kecerdasan Buatan

Tren
Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Basuh Ketiak Tanpa Sabun Diklaim Efektif Cegah Bau Badan, Benarkah?

Tren
BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

BPJS Kesehatan Tegaskan Kelas Pelayanan Rawat Inap Tidak Dihapus

Tren
Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Cara Memindahkan Foto dan Video dari iPhone ke MacBook atau Laptop Windows

Tren
Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com