Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Tes dan Kasus Corona di Indonesia Menurun, Benarkah Tren Kasus Membaik?

Kompas.com - 03/11/2020, 09:13 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Kaitan saat ini dengan jumlah kasus turun, menurutnya juga tidak memiliki argumen valid, apalagi negara yang kapasitas tesnya rendah seperti Indonesia.

Dicky menyebut, epidemiolog mempunyai pemodelan yang dapat digunakan dan sangat akuran diakai di level global, untuk membuat prediksi bagaimana tren kasus dari data yang ada. 

"Dari pemodelan ini tertinggi di angka 60 ribuan, terendah 10 ribuan, ini masih cukup tinggi kasus yang ditemukan, ini bukan hal yang biasa. Dampaknya pada gilirannya menginfeksi orang yang rawan di komunitas," jelas dia. 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Laika, Anjing Pertama di Luar Angkasa

Kasus masih tinggi

Dari bagan pemodelan 4 institusi, Dicky menjelaskan, perkiraan rata-rata jumlah kasus sebenarnya infeksi Covid-19 baru harian di Indonesia masih tinggi. 

Keempat model tersebut berasal dari Imperial College London (ICL) dengan warna kuning, The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) warna hijau, Youyang Gu (YYG) warna merah dan The London School of Hygiene & Tropical Medicine (LSHTM) warna biru.

"keempat model sepakat bahwa infeksi yang sebenarnya terjadi di Indonesia jauh melebihi jumlah kasus yang dikonfirmasi (dilaporkan). Akan tetapi model tidak sepakat dalam jumlahnya (rentang 10K-50K pada 2 November) dan perubahan kasus infeksi dari waktu ke waktu," kata Dicky. 

Sehingga Dicky menegaskan, indikator awal penurunan kasus infeksi Covid-19 tidak bisa berdiri sendiri. Namun lead indikator harus dikombinasi dengan postivity rate di Indonesia yang masih di atas 10 persen.

"Itu masih tinggi sekali. Bukan sesuatu yang positif. Angka kematian yang relatif stagnan di 2 digit ini signal, tahun depan bisa memiliki kasus lebih buruk, ini belum selesai dalam setahun. Kondisi ini masih rawan yang harus direpsons, yang namanya testing harus ada peningkatan merata dan setara," jelas Dicky. 

Baca juga: Selandia Baru dan Sejumlah Negara Legalkan Euthanasia, Bagaimana di Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com