KOMPAS.com - Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus infeksi virus corona yang dilaporkan Indonesia cenderung mengalami tren penurunan.
Setelah di akhir September dan awal Oktober hampir mencapai 5.000 kasus positif harian, kini angkanya bahkan menurun di bawah 3.000-an kasus.
Dari jumlah kasus positif yang dilaporkan selama 31 Oktober, 1-2 November 2020 tercatat berturut-turut adalah 3.143, 2.696, dan 2.618 kasus.
Angka-angka itu didapatkan dari data yang ditampilkan laman Covid19.go.id (2/11/2020).
Namun meskipun angka pelaporan kasus harian menurun, di sisi lain jumlah testing beberapa waktu terakhir juga terdapat penurunan.
Dalam catatan laman Kawal Covid, dapat dilihat adanya penurunan tes terhadap orang dan spesimen dalam beberapa waktu terakhir di Indonesia.
Tes COVID-19 di Indonesia per 2 November 2020.
Rata-rata harian dalam 7 hari terakhir:
- Spesimen: 30.864
- Orang yang diperiksa: 24.327
- Kasus positif: 3.210 (13,19% positive rate)Positive rate keseluruhan: 14,23% (415.402 kasus / 2.919.560 orang yang diperiksa) pic.twitter.com/MmmfDhGlIr
— KawalCOVID19 (@KawalCOVID19) November 2, 2020
Baca juga: Sudah Mati, Sisa Virus Masih Bisa Terdeteksi Alat Tes PCR dalam Jangka Waktu Lama
Terkait kondisi tersebut, Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, M. Budi Hidayat mengatakan, penurunan tersebut terjadi karena kasus juga cenderung mengalami penurunan.
"Suspect turun jumlah sample juga turun. Di beberapa provinsi kasus cenderung turun, semoga jadi trend baik," kata Budi saat dihubungi Senin (2/11/2020).
Namun Budi tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai gap antara jumlah suspek yang masih tinggi dengan kapasitas dn jumlah orang yang dites.
Mengacu data yang dimiliki oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), jumlah orang terduga terinfeksi (suspected) terus meningkat terhitung sejak akhir September hingga akhir Oktober 2020.
Sementara jumlah tes atau uji pada spesimen dan orang-orang semakin menurun. Hal ini menyebabkan semakin meluasnya gap atau jarak antara suspect dengan tes yang dilakukan.
Menanggapi penurunan kapasitas tes Covid-19 di Indonesia, epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut, hal itu bisa sangat vital.
Karena akibatnya secara nasional dan wilayah tidak memiliki pemahaman terhadap maping pandemi sesungguhnya.
Menurut dia, pada kondisi Indonesia rendahnya kapasitas testing menjadi masalah klasik dan belum terjadi perubahan.
"Cakupan testing yang rendah itu akhirnya menganggap banyak pengambil kebijakan melihat situasi sudah terkendali sehingga jadi missleading dalam megambil keputusan dan respons," jelas Dikcy.
Baca juga: Epidemiolog: Adanya Jeda Tes Sebabkan Penanganan Covid-19 Belum Berhasil