Di sisi lain, Romy berpendapat bahwa jangka waktu seseorang menggunakan media sosial harus dibatasi.
"Lebih baik kita ngomong dengan orang yang di depan kita daripada kita menggunakan handphone, misalnya untuk media sosial," kata Romy.
Dia mengatakan, ada kalanya seseorang perlu meletakkan handphone-nya dan tidak menggunakannya untuk jangka waktu tertentu.
"Kalau lagi ketemu anak, ketemu istri, ketemu suami, ketemu orangtua kita. Masak kita ngomong sama orangtua kita sambil main WA (WhatsApp), kan enggak enak dan enggak sopan juga," ujar dia.
Baca juga: Website Diretas Menjadi Dewan Penghianat Rakyat, Ini Penjelasan Sekjen DPR
Menurut Romy, setiap orang butuh jeda atau waktu untuk rehat dari komunikasi daring, baik itu melalui WA maupun platform media sosial lainnya.
"Kalau terus-terusan itu juga lelah. Misalnya, kalau (chat) enggak dijawab kok enggak enak, apalagi kalau sudah kita read. Makanya sekarang banyak orang yang centang biru (tanda sudah di-read) dimatikan," kata Romy.
"Karena dengan begitu, dia tidak punya beban untuk menjawab," katanya melanjutkan.
Baca juga: Cara Dapatkan Token Listrik Gratis Oktober 2020 via www.pln.co.id dan WhatsApp
Dia berpendapat, tidak setiap saat handphone harus ada dalam genggaman.
Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan atau dinikmati tanpa harus berkutat dengan layar handphone.
Romy mengatakan, memberi jeda pada pemakaian handphone bisa membuat pikiran beristirahat dan tidak dibebani dengan stres akibat komunikasi yang terlalu intens.
"Walaupun sekadar basa-basi 'Kamu ke mana aja kemarin? kan kita harus mikir, apalagi kalau kita enggak mau orang lain tahu kita ke mana. Ibaratnya selalu dibebani dengan pertanyaan yang harus dijawab," kata Romy.
"Dan sebetulnya enggak bisa lepas (dari handphone) itu kan kebiasaan, habit. Karena kita yang membentuknya. Padahal kalau mau berhenti ya menurut saya bisa saja," katanya melanjutkan.
Baca juga: Deretan Kasus Penipuan Berkedok Investasi, dari MeMiles hingga Swissindo