Dalam pemindaian PSMA PET-CT, dokter menyuntikkan "pelacak" radioaktif ke dalam pasien.
Pelacak ini mengikat dengan baik pada protein PSMA, yang meningkat dalam sel kanker prostat.
Pemindaian PSMA PET-CT juga sangat baik dalam mendeteksi jaringan kelenjar ludah, yang juga memiliki PSMA yang tinggi.
Temuan tersebut saat ini tercatat dalam Journal of Radiotherapy and Oncology pada bulan September 2020.
Para peneliti mengatakan kelenjar yang baru ditemukan kemungkinan akan digunakan untuk melumasi tenggorokan bagian atas di belakang hidung dan mulut.
Mereka menamakannya kelenjar ludah tubarial karena lokasinya di atas tulang rawan yang disebut torus tubarius.
Baca juga: Riset: 500.000 Bayi Meninggal dalam Setahun karena Polusi Udara
Untuk mengkonfirmasi penemuan mereka, para ilmuwan, dipimpin oleh ahli onkologi radiasi Wouter Vogel, memeriksa 100 pasien dan menemukan semuanya memiliki kelenjar.
Mereka juga membedah daerah nasofaring dari dua mayat dan mendapatkan hasil yang sama.
Temuan para ilmuwan juga dapat membantu mengurangi efek samping dari beberapa pengobatan kanker, kata mereka.
Dokter yang menggunakan radioterapi untuk mengobati kanker kepala dan leher mencoba menghindari tiga kelenjar ludah utama karena merusaknya dapat membuat pasien kesulitan untuk makan, berbicara, atau menelan.
Tetapi tanpa menyadari keberadaan kelenjar keempat, mereka masih memancar di daerah itu, yang berarti pasien masih mengalami efek samping.
"Langkah kami selanjutnya adalah menemukan cara terbaik untuk menyelamatkan kelenjar baru ini. Jika kita bisa melakukan ini, pasien mungkin mengalami lebih sedikit efek samping, yang akan menguntungkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan setelah pengobatan," kata Dr Vogel.
Baca juga: Hujan Meteor Orionids Bisa Disaksikan Malam Ini, Apa Istimewanya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.