KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Senin (19/10/2020), menyebut pakar virus corona Anthony Fauci sebagai bencana.
Pernyataan itu muncul ketika ia menyampaikan kekesalannya terhadap Fauci selama panggilan telepon untuk meyakinkan staf kampanye bahwa ia bisa memenangkan pemilu AS.
Perselisihan Trump dan Fauci terkait penanganan virus corona di AS sudah berlangsung sejak lama dan berdampak pada menurunnya elektabilitas Trump.
Fauci merupakan salah satu ilmuwan yang paling dikagumi di AS yang terus mendesak agar pemerintah menangani pandemi Covid-19 dengan serius.
Di lain pihak, Trump mengklaim bahwa kondisi terburuk di AS telah berlalu.
"Fauci adalah bencana. Jika saya mendengarkannya, kami akan memiliki 500.000 kematian," kata Trump selama panggilan telepon, dikutip dari Reuters, Senin (19/10/2020).
Baca juga: Studi Cornell University: Presiden AS Donald Trump Pendorong Terbesar Misinformasi Covid-19
Panggilan konferensi Trump itu bertujuan memperkuat tim kampanye nasional di tengah rentetan cerita yang menunjukkan kampanyenya dalam kekacauan.
Dengan 15 hari waktu tersisa, calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden memimpin jajak pendapat nasional dan mendominasi di banyak negara bagian.
Bahkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah, majalah Nature menyatakan dukungannya secara langsung terhadap Biden.
Dalam artikelnya yang tayang pada Rabu (14/10/2020), Nature menegaskan tak akan berdiam diri dan membiarkan sains dirusak.
Biden disebut merupakan harapan terbaik bangsa untuk mulai memperbaiki kerusakan pada sains dan kebenaran berdasarkan kebijakan dan catatan kepemimpinannya saat menjabat sebagai mantan wakil presiden dan senator.
"Kepercayaan Joe Biden pada kebenaran, bukti, sains, dan demokrasi menjadikannya satu-satunya pilihan dalam pemilu AS," tulis Nature.
Menurut mereka, tak ada presiden AS dalam sejarah yang terus menyerang dan merusak begitu banyak lembaga berharga, seperti sains, media, pengadilan, hingga kehakiman.
Baca juga: Melania Trump Ungkap Putranya Positif Covid-19, tetapi Kini Sudah Negatif
Nature melihat adanya kontradiksi dalam pernyataan Trump yang selalu mengklaim 'America First', tetapi dalam praktiknya ia menempatkan dirinya sendiri sebagai yang pertama.
"Pemerintahannya telah berselisih dengan sekutu lama negara, meninggalkan perjanjian, organisasi ilmiah, dan lingkungan internasional yang penting, terutama kesepakatan iklim Paris 2015, kesepakatan nuklir Iran, Badan Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan PBB UNESCO, bahkan WHO," papar Nature.