KOMPAS.com - Hari ini 58 tahun lalu, tepatnya pada 20 Oktober 1962, pecah perang antara China dengan India di perbatasan kedua negara. Perang itu berlangsung singkat dan dimenangkan oleh China.
Dilansir dari The Diplomat (21/8/2012), perang antara kedua negara itu dipicu oleh sengketa teritorial dan juga tensi yang memanas terkait isu Tibet.
China menuding India mencoba menentang kekuasaannya atas Tibet, sedangkan India menuduh China berupaya untuk menekan otonomi Tibet.
Kondisi menjadi pelik setelah keberadaan Dalai Lama, pemimpin Tibet, yang pada saat itu berlindung di Dharamsala, India.
China merasa keberadaan Dalai Lama di India sama dengan ancaman terhadap kekuasaan mereka atas Tibet. Sementara itu, India menganggap hal ini sebagai penolakan China untuk memberikan otonomi penuh kepada Tibet.
Baca juga: Militer India Tangkap Tentara China di Wilayah Sengketa
Selain faktor Tibet, konflik juga dipicu klaim kedua negara atas wilayah teritorial mereka.
China terus mengklaim negara bagian India, Arunachal Pradesh sebagai wilayahnya.
Pada saat yang sama India juga mengklaim wilayah Aksai Chin yang berada di bawah kendali China sebagai wilayah mereka.
Dilansir dari India Today (21/11/2018), dalam perang itu China menerjunkan 80.000 tentara, sedangkan India hanya mempersiapkan 10.000-20.000 prajurit.
Pada 20 Oktober 1962, Tentara Pembebasan Rakyat China menyerang India di Ladakh, dan di sepanjang Garis McMahon.
Hingga perang dimulai, India masih percaya diri dan menganggap bahwa perang tidak akan terjadi, sehingga mereka tidak melakukan persiapan penuh.
Saat perang dimulai, China memutus jalur komunikasi telepon India, sehingga tentara yang bertempur tidak bisa menghubungi markas utama.
Perang itu kemudian didominasi oleh China, sedangkan pasukan India kesulitan untuk mempertahankan posisi mereka.
China kemudian mengakhiri perang pada 21 November 1962, setelah memastikan mereka berhasil mengamankan wilayah mereka.
Dilansir dari Britannica, di akhir perang itu, sebanyak 7.000 tentara India tewas atau ditangkap oleh pihak China.