Pada Juni 2011, ia meninggalkan posisinya dan menegaskan bahwa tentara tidak akan ikut campur dalam politik.
Ia juga mengimbau para pemilih untuk mendukung "orang baik" dalam pemilu.
Imbauan ini secara luas ditafsirkan sebagai petunjuk untuk memilih Yingluck Shinawatra, saudara perempuan Thaksin.
Baca juga: Artis Masuk Politik, Haruskah Miliki Bekal Ilmu dan Pengalaman?
Prayuth kemudian mengambil keuntungan dari konflik politik antara pemerintah Yingluck dan partai oposisi dan mengumumkan kudeta pada 22 Mei 2014.
Selanjutnya, pemerintahan militer yang secara resmi dikenal sebagai Dewan Nasional untuk Perdamaian dan Ketertiban (NCPO) menangguhkan konstitusi dan memilihnya sebagai perdana menteri negara pada 21 Agustus 2020.
Prayuth memberlakukan konstitusi sementara yang memberi kewenangan pemerintah militer untuk berkuasa secara bebas.
Baca juga: Selain Qasem Soleimani, AS Juga Targetkan Jenderal Militer Kedua Iran
Pasal 44 dari konstitusi memastikan kewenangan absolutnya untuk mengeluarkan perintah terhadap aktivitas apa pun yang dianggap pemerintah sebagai ancaman terhadap ketertiban, keamanan nasional, atau monarki.
Bersama dengan pembatasan pada kebebasan sipil, media, dan perbedaan pendapat, Prayuth mengambil langkah untuk mengubah citranya menjadi seorang pemimpin yang baik hati.
Ia menulis lagu berjudul "Kembalikan Kebahagiaan Thailand" dan menyiarkannya secara luas di radio dan stasiun televisi.
Baca juga: Plus Minus Pembangunan Pangkalan Militer di Natuna...
Tak hanya itu, The Nation Books menerbitkan biografinya berjudul "Namanya Tu", berisi perjalanannya menjadi seorang pemimpin dan lebih banyak menonjolkan sisi lembutnya daripada kepribadian otoriternya.
Prayuth menuai kontroversi karena perilakunya yang impulsif dan marah terhadap media setelah menjadi kepala negara.
Namun, sikap itu berubah menjelang pemilu 2019. Tim kampanye Prayuth justru aktif di berbagai media sosial dan mengunggah foto-fotonya.
Dalam pemilu tersebut, Partai Palang Pracharath menominasikan Prayuth sebagai kandidat perdana menteri.
Parlemen Thailand yang didominasi oleh anggota pemerintahan militer kemudian memilihnya sebagai perdana menteri pada 5 Juni 2019.
Baca juga: Melihat Perbandingan Kekuatan Militer Iran dan Amerika
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.