Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Plus Minus Pembangunan Pangkalan Militer di Natuna...

Kompas.com - 11/01/2020, 11:45 WIB
Rizal Setyo Nugroho,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyebut pemerintah akan membangun pangkalan militer, salah satunya di Natuna.

Rencana menambah pangkalan militer itu muncul setelah sejumlah kapal China diketahui memasuki Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Direktur Imparsial Al Araf menyebut aspek peningkatan pertahanan dengan membangun pangkalan sudah diawali Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pada 2018.

Menurutnya, selain membangun pangkalan yang perlu dikuatkan adalah fungsi Badan Keamanan Laut (Bakamla). Indonesia, imbuhnya tidak memiliki coast guard yang jelas.

"Bakamla awalnya dibangun untuk coast guard. Tetapi kapasitasnya sedang dalam proses itu," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (10/1/2020).

Namun pada titik lain, kata Al Araf, Bakamla harus tuntas dalam tugas dan fungsi dengan aktor lain di laut seperti dengan TNI AL, Polairud, Kementerian KKP dan beberapa stakeholder.

"Tergantung political pemerintah dan parlemen untuk memastikan wilayah itu. Tetapi jangan sampai ada tumpang tindih dengan TNI AL dan Polairud," jelasnya.

Baca juga: Menyelisik Klaim China atas Laut Natuna...

Kedaulatan teritorial

Sementara itu, pengamat Hubungan Luar Negeri UGM Dafri Agussalim mengatakan, melihat respons Indonesia dengan rencana membangun pangkalan sudah cukup stratregis.

Sebab membangun pangkalan wujud ketegasan untuk mempertahankan kedaulatan teritorial.

Dafri menjelaskan, jika kondisi pelanggaran Zona Ekonomi Ekslusif dibiarkan, akan berdampak pada isu teritorial lain di ZEE Indonesia.

"Perlu memberi isyarat ke China agar tindakan melanggar ZEE tidak dibiarkan," katanya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (10/1/2020).

Pendirian pangkalan militer, imbuhnya juga bisa memberikan peringatan kepada China, bahwa pelanggaran teritorial tidak hanya berdampak pada Indonesia namun juga negara lain di ASEAN.

Sebab menurut pria yang juga Direktur Pusat Studi ASEAN Universitas Gajah Mada (UGM) itu, Indonesia punya peran signifikan di ASEAN.

Baca juga: Jadi Tempat Favorit Kapal Asing Pencuri Ikan, Apa Saja Potensi Perairan Natuna?

Ancaman negara

Di sisi lain, hadirnya pangkalan militer di Natuna juga untuk mencegah agar yang disebut persepsi ancaman negara saja, Indonesia ada di wilayah Natuna.

"Sebagai simbol Indonesia siap merespon tindakan provoktif negara yang dianggap ancaman, baik China maupun negara lain," jelas dia.

Meksipun demikian, Dafri juga menyebut, di sisi lain adanya pangkalan militer Indonesia di Natuna juga bisa menimbulkan security dilema.

Yaitu kondisi aksi reaksi, bila satu negara membangun kekuatan militer seperti pangkalan militer.

Pembangunan basis militer bisa dianggap sebagai tantangan bagi negara lain. Negara tersebut juga akan melakukan hal yang sama seperti Indonesia.

"Kebetulan negara ASEAN berkonflik satu sama lain di Natuna. Indoensia dengan Malaysia misalnya. Sehingga perlu dikomunikasikan dengan negara ASEAN," pungkasnya.

Baca juga: Ratusan Nelayan Pantura Siap Geruduk Natuna, Ini Syarat yang Diminta

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com