Dengan menggunakan akselerometer untuk merekam saat burung mengepakkan sayap atau diam (kemungkinan besar di tanah) dan sensor cahaya untuk melacak lokasi mereka, Hedenstrom dan rekannya membuktikan bahwa ini benar.
Itu berarti burung layang-layang memegang rekor untuk waktu penerbangan terlama, mengalahkan kerabatnya burung walet alpen yang mampu terbang hingga enam bulan tanpa henti dan burung fregat yang dapat melintasi Samudera Hindia sekitar dua bulan.
"Fase penerbangan 10 bulan adalah yang terlama yang kami ketehaui dari spesies burung mana pun. Ini rekor," kata Hedenstrom, dilansir dari Science Alar, 28 Oktober 2016.
Baca juga: Mengenal Kolibri, Satu-satunya Burung yang Bisa Terbang Mundur
Dengan berat hanya 1,5 ons, burung kecil ini memiliki sayap yang relatif lebar, yaitu 16 inci. Sayapnya yang panjang dan sempit serta bentuk tubuh yang ramping menghasilkan gaya hambat minimum.
Burung layang-layang makan saat dalam perjalanan, menggigit ngengat atau serangga lainnya, dan laba-laba tersapu ke udara oleh angin.
Ada kemungkinan, mereka juga tidur sambil meluncur. Namun, butuh penelitian lebih lanjut untuk melihat cara mereka tidur.
"Mereka mungkin melakukan apa yang dilakukan burung fregat dan tidur sambil meluncur," tutur dia.
"Setiap hari, saat senja dan fajar, burung ini biasa naik hingga ketinggian sekitar 2-3 kilometer. Mungkin mereka tidur saat luncuran menurun, tapi kami tidak yakin," sambungnya.
Baca juga: Jalan Panjang Novel Baswedan, dari Sarang Burung Walet hingga Tudingan Tukar Guling Perkara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.