Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Tegaskan Kesimpulan soal Obat Remdesivir untuk Pasien Covid-19

Kompas.com - 17/10/2020, 13:36 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com  - Uji coba yang dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa obat remdesivir dari perusahaan farmasi Gilead Sciences Inc tidak secara signifikan membantu pasien Covid-19.

WHO menyampaikan kesimpulan ini pada Kamis (15/10/2020) lalu. 

Disebutkan, uji coba "Solidaritas" yang dilakukan menyimpulkan bahwa remdesivir terlihat hanya memiliki sedikit efek atau tidak sama sekali pada waktu kematian 28 hari atau lama waktu rawat inap pada pasien dengan penyakit pernapasan.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Remdesivir, Obat Covid-19 yang Diberikan kepada Donald Trump

Kritikan Gilead

Pihak Gilead mempertanyakan temuan ini dengan mengatakan bahwa "data yang muncul dari WHO tidak konsisten".

Menurut mereka, temuan tersebut bersifat terlalu awal dan ada studi-studi lain yang menjadi validasi manfaat obat ini.

Salah satunya adalah melibatkan 1.062 pasien yang dibandingkan dengan plasebo. Hasilnya menunjukkan waktu pemulihan yang lebih cepat. 

"Data yang muncul di studi WHO ini tidak konsisten. Bukti yang lebih kuat dari berbagai penelitian random dan terkontrol yang diterbitkan dalam junal peer-reviewed memvalidasi manfaat klinis remdesivir," kata Gilead. 

Perusahaan ini mengatakan ada ketidakjelasan dari penarikan kesimpulan yang dilakukan.

Pasalnya, terdapat perbedaan pelaksanaan uji coba dari satu tempat ke tempat lain dan antar pasien yang menerima obat tersebut.

Melansir Straits Times, Jumat (16/10/2020), pejabat kesehatan ternama di AS, Dr Anthony Fauci memprediksi bahwa remdesivir dapat menjadi "standar perawatan".

Baca juga: Ini Kandidat Obat Covid-19 yang “Menjanjikan”, Salah Satunya Remdesivir

Hasil evaluasi

Menjawab kritikan Gilead, peneliti yang mengevaluasi hasil uji coba WHO membenarkan kesimpulan yang disampaikan.

"Ini hasil yang dapat diandalkan. Jangan biarkan siapapun memberikan kesimpulan sebaliknya. Sebab, mereka tengah mencobanya," kata ahli statistik independen yang dipekerjakan WHO untuk mengevaluasi uji cobanya, Dr Richard Peto sebagaimana dikutip Reuters, Jumat (16/10/2020).

Ia menambahkan, kemungkinan manfaat remdesivir yang muncul pada sejumlah pasien dipengaruhi oleh faktor kesempatan.

Seperti diketahui, pengobatan antivirus ini merupakan salah satu yang digunakan untuk merawat Presiden AS Donald Trump setelah dikonfirmasi positif virus corona.

Dalam beberapa studi sebelumnya, remdesivir memang menunjukkan efeknya dalam memperpendek waktu untuk pulih, meskipun Uni Eropa juga tengah menyelidiki kemungkinan cedera ginjal yang disebabkan oleh pengobatan ini.

Uji coba WHO

Sementara, uji coba yang dilakukan oleh WHO melibatkan 11.266 pasien berusia dewasa di lebih dari 30 negara. 

WHO menyebut bahwa bukti yang ditunjukan bersifat konklusif.

Uji coba Solidaritas yang dilakukan oleh WHO juga mengevaluasi hydroxychoroquine yang juga disimpulkan hanya memberikan sedikit pengaruh dalam membantu pasien bertahan atau lebih cepat keluar dari rumah sakit.

Adapun hasil tersebut belum ditinjau dan diunggah dalam server pracetak medRvix.

Baca juga: Disebut Manjur Obati Pasien Covid-19, Sejumlah Negara Berebut Remdesivir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com