Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: 26 September 1997, Kecelakaan Garuda Indonesia Airbus A300-B4

Kompas.com - 26/09/2020, 11:10 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Sektor utara ketinggian pesawat minimal 1.500 kaki, sektor tenggara 7.500 kaki, dan sektor barat daya 9.500 kaki.

Di dalam pesawat, pilot tahu persis posisinya berdasarkan alat navigasi dan instrumen-instrumen yang seharusnya menunjukkan posisinya, berapa radialnya dari tujuan (destination) secara pasti.

Selain itu, pilot tahu persis ketinggiannya dari permukaan tanah (AGL-above ground level) dari alat yang namanya radio altimeter.

Radio altimeter ini baru berfungsi otomatis pada ketinggian 2.500 kaki ke bawah. Alat ini memancarkan gelombang sonar ke permukaan bumi, dipantulkan, dan ditangkap lagi oleh pesawat.

Pancaran itu menyebutkan berapa tinggi pesawat dari permukaan bumi, sehingga seharusnya jika semua radio altimeter berfungsi baik (ada dua buah), pilot pasti sudah mengetahui berapa ketinggian pesawatnya dari muka tanah.

Adapun pada pesawat-pesawat yang peralatannya rumit dan maju, seperti juga Airbus, radio altimeter nomor dua mempunyai kaitan dengan automatic throttle atau "gas otomatis."

Dengan sinyal dari radio altimeter nomor dua, gas otomatis akan pindah ke posisi idle, ke belakang, jika pesawat sudah berada pada ketinggian 50 kaki (sekitar 15 meter) dari permukaan bumi.

Posisi idle atau close throttle atau tidak digas sama sekali, berarti tenaga pesawat sudah benar-benar hilang, dan pesawat segera "jatuh" menyentuh tanah.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa 8,1 M Guncang Meksiko, 10.000 Orang Tewas

Airbus 300 Garuda Indonesia

Perusahaan Airbus mengembangkan sebuah pesawat bermesin ganda untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Saat itu, jenis pesawat yang dikembangkan ini merupakan pesawat bermesin ganda pertama di dunia.

Menurut Harian Kompas, 27 September 1997, Garuda Indonesia mendatangkan Airbus 300 ke Indonesia pada Maret 1982.

Pesawat tersebut memiliki badan lebar bermesin ganda Pratt and Whitney JT9D-59A sebanyak sembilan buah.

Salah satu di antaranya digunakan untuk Garuda Indonesia untuk penerbangan menuju Bandara Polonia Medan yang akhirnya mendapati kecelakaan karena menabrak gunung.

Diketahui, pesawat Airbus 300 mampu mengangkut kargo seberat 6.750 kg dan pos 588 kg.

Adapun lebar sayap yang dimiliki Airbus 300 selebar 44,84 meter, panjang 53,62 meter dan tinggi 16,53 meter.

Sementara, dalam pengaturan tempat duduk, model pesawat ini menggunakan pengaturan dua kelas untuk 20 kelas bisnis dan 230 penumpang kelas ekonomi.

Setelah kejadian jatuhnya pesawat, pihak Garuda Indonesia berupaya berbenah diri untuk mengedepankan pelayanan dan perawatan pesawat.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Irak Invasi Iran, Konflik Dua Negara Teluk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Wilayah Potensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 27-28 April 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

[POPULER TREN] Media Korsel Soroti Shin Thae-yong, Thailand Dilanda Suhu Panas

Tren
Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com