Sektor utara ketinggian pesawat minimal 1.500 kaki, sektor tenggara 7.500 kaki, dan sektor barat daya 9.500 kaki.
Di dalam pesawat, pilot tahu persis posisinya berdasarkan alat navigasi dan instrumen-instrumen yang seharusnya menunjukkan posisinya, berapa radialnya dari tujuan (destination) secara pasti.
Selain itu, pilot tahu persis ketinggiannya dari permukaan tanah (AGL-above ground level) dari alat yang namanya radio altimeter.
Radio altimeter ini baru berfungsi otomatis pada ketinggian 2.500 kaki ke bawah. Alat ini memancarkan gelombang sonar ke permukaan bumi, dipantulkan, dan ditangkap lagi oleh pesawat.
Pancaran itu menyebutkan berapa tinggi pesawat dari permukaan bumi, sehingga seharusnya jika semua radio altimeter berfungsi baik (ada dua buah), pilot pasti sudah mengetahui berapa ketinggian pesawatnya dari muka tanah.
Adapun pada pesawat-pesawat yang peralatannya rumit dan maju, seperti juga Airbus, radio altimeter nomor dua mempunyai kaitan dengan automatic throttle atau "gas otomatis."
Dengan sinyal dari radio altimeter nomor dua, gas otomatis akan pindah ke posisi idle, ke belakang, jika pesawat sudah berada pada ketinggian 50 kaki (sekitar 15 meter) dari permukaan bumi.
Posisi idle atau close throttle atau tidak digas sama sekali, berarti tenaga pesawat sudah benar-benar hilang, dan pesawat segera "jatuh" menyentuh tanah.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Gempa 8,1 M Guncang Meksiko, 10.000 Orang Tewas
Perusahaan Airbus mengembangkan sebuah pesawat bermesin ganda untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Saat itu, jenis pesawat yang dikembangkan ini merupakan pesawat bermesin ganda pertama di dunia.
Menurut Harian Kompas, 27 September 1997, Garuda Indonesia mendatangkan Airbus 300 ke Indonesia pada Maret 1982.
Pesawat tersebut memiliki badan lebar bermesin ganda Pratt and Whitney JT9D-59A sebanyak sembilan buah.
Salah satu di antaranya digunakan untuk Garuda Indonesia untuk penerbangan menuju Bandara Polonia Medan yang akhirnya mendapati kecelakaan karena menabrak gunung.
Diketahui, pesawat Airbus 300 mampu mengangkut kargo seberat 6.750 kg dan pos 588 kg.
Adapun lebar sayap yang dimiliki Airbus 300 selebar 44,84 meter, panjang 53,62 meter dan tinggi 16,53 meter.
Sementara, dalam pengaturan tempat duduk, model pesawat ini menggunakan pengaturan dua kelas untuk 20 kelas bisnis dan 230 penumpang kelas ekonomi.
Setelah kejadian jatuhnya pesawat, pihak Garuda Indonesia berupaya berbenah diri untuk mengedepankan pelayanan dan perawatan pesawat.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Irak Invasi Iran, Konflik Dua Negara Teluk
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.