Sel T selama ini memang melawan infeksi sebagai respons kekebalan dalam upayanya menghilangkan virus.
Akan tetapi sel T juga dapat menyebabkan badai sitokin yang bertanggung jawab atas komplikasi yang berpotensi mengakibatkan kondisi pasien fatal atau yang dikenal dengan sindron gangguan pernapasan akut (ARDS).
“Meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme spesifik pengembangan Covid-19, data kami menunjukkan bahwa respons sel T sepesifik SARS-CoV-2 yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan kekebalan yang mengakibatkan kegagalan paru-paru terkait Covid-19,” ujar Prof Nina Babel penulis utama dalam penelitian tersebut.
Baca juga: Saat Respons Imun Wanita Disebut Lebih Kuat daripada Pria Terkait Covid-19...
Sementara itu, penelitian baru juga makin menambah bukti bahwa respons kekebalan berlebihan menyebabkan Covid-19 semakin berisiko mengancam jiwa.
Sebelumnya mengutip dari Euro news, Rafael Manez Kepala Unit Perawatan Intensif di Rumah Sakit Bellvitge juga mengatakan hal serupa.
“Badai sitokin adalah masalah yang sering kita hadapi dalam perawatan intensif,” ujarnya.
Baca juga: Bagaimana Kemungkinan Flu Babi Baru G4 Menular pada Manusia?
Ia mengatakan badai sitokin memang biasa terjadi selama flu musiman. Akan tetapi umumnya pasien dalam kondisi flu yang mengalami kondisi demikian datang bertahap.
“Karena tingkat infeksi Covid-19 yang luar biasa, kami mendapatkan lebih banyak pasien daripada yang dapat kami tangani,” kata dia.
Karena itulah menurutnya sistem kekebalan tubuh yang baik adalah sistem kekebalan yang kuat tapi seimbang.
Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?
Terkait dengan penelitian baru, penulis menerangkan masih banyak keterbatasan pada penelitian mereka.
Mereka tidak mengetahui persis kapan pasien mereka tertular virus corona sehingga bisa saja respons sel T pada pasien yang kritis mungkin saja disebabkan periode infeksi yang lebih lama.
Mereka juga tak dapat menganalisis seluruh rentang subtipe sel T dan sitokin yang dihasilkan pasien.
Sehingga mungkin saja mereka melewatkan efek perlindungan kekebalan yang merugikan yang berdampak pada pasien non krtitis dan kritis secara berbeda.
Baca juga: Studi: Kerusakan Paru-paru dan Jantung dari Pasien Covid-19 Bisa Pulih
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.