Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkat Kematian Covid-19 Menurun saat Kasus Meningkat, Bagaimana Kondisi di India?

Kompas.com - 12/09/2020, 06:29 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Sama seperti sejumlah negara lain, India masih berjuang menghadapi pandemi Covid-19.

Negara dengan penduduk sebanyak 1,3 miliar ini menjadi negara kedua dengan jumlah total  kasus virus corona tertinggi di dunia.

Melansir Worldometers, Jumat (11/9/2020) malam, jumlah total kasus Covid-19 di India telah mencapai lebih dari 4,5 juta kasus.

Selain itu, negara ini juga mencatatkan jumlah kematian tertinggi nomor tiga di dunia, yaitu dengan lebih dari 76.000 kasus.

Baca juga: Rekor Baru Penambahan Kasus Corona Harian di India, 96.551 Orang Positif

Namun demikian, tingkat kematian yang dilaporkan di India (yang dihitung per 100 kasus yang dikonfirmasi) ternyata sangat rendah dibandingkan dengan negara lain dengan tingkat infeksi tinggi. 

Pemerintah India mengklaim bahwa tingkat kematian yang rendah adalah pertanda kesuksesan dalam menghadapi krisis pandemi ini.

Akan tetapi, para ilmuwan memperingatkan bahwa angka ini tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya.

Kondisi di India

Jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan terus meningkat secara stabil sejak Maret dan semakin melonjak pada Juni, yaitu saat penularan mulai mengalami peningkatan secara eksponensial.

Perlu waktu sekitar 6 bulan bagi India untuk mencatatkan 1 juta kasus pada 17 Juli lalu.

Kemudian, butuh waktu tiga minggu untuk mencapai 2 juta, 16 hari untuk mencapai 3 juta, dan hanya 12 hari untuk melewati angka 4 juta kasus di awal September.

Dua wilayah terpadat, New Delhi dan Mumbai, merupakan yang sangat terdampak. 

Di kota-kota itu, krisis semakin diperparah oleh adanya permukiman kumuh di mana jutaan orang tinggal dalam kondisi kekurangan air atau sanitasi yang baik.

Baca juga: Longgarkan Pembatasan Sosial, India Laporkan 89.706 Kasus Corona dalam 24 Jam

India juga telah memberlakukan penguncian (lockdown) total pada bulan Maret. Namun, pemerintah mulai membatalkan pembatasan pada bulan Mei meskipun peningkatan kasus terus terjadi.

Pada bulan Juli, pemerintah mengatakan bahwa India harus fokus pada kondisi ekonominya.

Di bulan ini, India telah membuka layanan kereta bawah tanahnya setelah lima bulan dan mulai 21 September, perkumpulan untuk lebih dari 100 orang akan diperbolehkan.

Statistik yang dilaporkan

Jumlah kasus virus corona di India memang mengalami peningkatan, tetapi tidak dengan kematiannya.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, kematian per 100 kasus menurun dari 4 persen di bulan April menjadi 2,5 persen di bulan Agustus, dan kini, di bawah 2 persen.

Para ahli pun memperingatkan bahwa data tersebut kemungkinan penuh dengan celah.

India memiliki infrastruktur kesehatan publik yang tidak didanai secara cukup, lemah, dan selama bertahun-tahun gagal untuk mencatat kematian warganya secara akurat.

Meskipun tengah menghadapi pandemi, hanya 86 persen kematian di negara yang didaftarkan pada sistem pemerintah.

Selain itu, hanya 22 persen kematian terdaftar yang diketahui penyebabnya secara resmi atau dinyatakan oleh dokter.

Baca juga: Cerita Dokter di India yang Mengaku Kelelahan, 6 Bulan Penuh Bertarung Lawan Covid-19

Ada sejumlah alasan atas kondisi ini.

Salah satunya adalah, mayoritas orang di India meninggal di rumah atau tempat lain, bukan rumah sakit, sehingga dokter biasanya tidak hadir untuk menentukan penyebab kematian.

Bahkan, meskipun pasien meninggal di rumah sakit, tidak semua rumah sakit masuk dalam portal web sertifikasi medis penyebab kematian (MCCD) Kementerian Kesehatan.

Artinya, ada penyebab kematian yang memang tidak tercatat di database naional.

Tidak menghitung seluruh kematian Covid-19

Melansir CNN, Jumat (11/9/2020), ada pula masalah dalam penghitungan kematian Covid-19 karena tes yang tidak cukup dan kode medis yang buruk.

India memang diketahui meningkatkan kapasitas tesnya. Namun, ia masih menjadi salah satu dengan tingkat tes per kapita terendah di dunia.

Hanya sekitar 1 dari 100.000 orang dites setiap harinya.

Masalah lain, otoritas mendeteksi kasus lebih banyak dengan peningkatan tes ini. Oleh karena itu, angka kasus pun meonjak.

Akan tetapi, angka kematian diukur terhadap jumlah total kasus yang dikonfirmasi. Jadi, ketika kasus meningkat, persentase pun akan menurun meskipun jumlah kematian tetap.

Singkatnya, meskipun tingkat kematian menurun, bukan berarti bahwa jumlah kematian juga menurun.

Faktanya, justru mengalami peningkatan, yaitu dari sekitar 750 per hari di Awal Agustus menjadi lebih dari 1.000 kematian per hari minggu ini.

Baca juga: Lewati Brasil, Jumlah Kasus Covid-19 India Tertinggi Kedua di Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23, Kick Off Pukul 22.30 WIB

Jadwal Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23, Kick Off Pukul 22.30 WIB

Tren
Tarif Khusus Tiket Kereta Go Show Naik Per 1 Mei 2024

Tarif Khusus Tiket Kereta Go Show Naik Per 1 Mei 2024

Tren
Beli Pertalite di Batam Wajib Pakai Kartu 'Fuel Card' Mulai 1 Agustus

Beli Pertalite di Batam Wajib Pakai Kartu "Fuel Card" Mulai 1 Agustus

Tren
9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan 'Flower Moon'

9 Fenomena Astronomi Mei 2024, Ada Hujan Meteor dan "Flower Moon"

Tren
Ramai soal Wilayah Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Terjadi hingga Agustus

Ramai soal Wilayah Indonesia Dilanda Suhu Panas di Awal Mei 2024, BMKG: Terjadi hingga Agustus

Tren
Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Tren
Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Profil Calvin Verdonk dan Jens Raven, Calon Penggawa Timnas yang Jalani Proses Naturalisasi

Tren
Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Bisakah Suplemen Kesehatan Mencegah Kantuk Layaknya Kopi?

Tren
Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Kasus Sangat Langka, Mata Seorang Wanita Alami Kebutaan Mendadak akibat Kanker Paru-paru

Tren
Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Cara Buat Kartu Nikah Digital 2024 untuk Pengantin Lama dan Baru

Tren
Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Saat Warganet Soroti Kekayaan Dirjen Bea Cukai yang Mencapai Rp 51,8 Miliar...

Tren
Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Sejarah Tanggal 2 Mei Ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional

Tren
7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

7 Instansi yang Sudah Membuka Formasi untuk CASN 2024

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

[POPULER TREN] Daerah yang Merasakan Gempa Bandung M 4,2 | Madinah Banjir Setelah Hujan Turun 24 Jam

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com