KOMPAS.com - National Institutes of Health (NIH) diketahui telah meluncurkan dua dari tiga uji klinis tahap akhir untuk menguji keefektifan dan keamanan berbagai jenis pengencer darah dalam mengobati pasien Covid-19 pada orang dewasa.
Ketiga uji coba dijalankan di bawah program Operation Warp Speed pemerintah AS, dengan tujuan mempercepat pengembangan, pembuatan, dan distribusi vaksin atau obat-obatan melawan virus corona.
Sebagai tambahan informasi, pembekuan darah di seluruh tubuh orang dengan Covid-19 menjadi salah satu dari banyak efek yang mengancam jiwa.
Baca juga: Update Vaksin Covid-19 di Seluruh Dunia, dari Rusia hingga Inggris
Pembekuan darah dapat menyebabkan komplikasi lain seperti serangan jantung, stroke, dan penyumbatan pembuluh darah di paru-paru.
"Saat ini tidak ada standar perawatan untuk antikoagulasi pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, dan sangat dibutuhkan bukti klinis untuk petunjuk praktik," kata Direktur NIH Francis Collins seperti dikutip dari Reuters, Jumat (11/9/2020).
Para peneliti memulai uji coba terpisah yang menguji pengencer darah pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit dan orang dengan Covid-19 yang belum mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Baca juga: Daftar Zona Merah Covid-19 di Indonesia, Bali Terbanyak dengan 8 Kabupaten/Kota
Orang dengan Covid-19 yang belum dirawat di rumah sakit mendapatkan suntikan plasebo, aspirin, atau pengencer darah Eliquis dalam dosis rendah atau terapeutik Bristol-Myers Squibb Co dan Pfizer Inc.
Sementara, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit menerima berbagai dosis hepari sebagai pengujian keamanan dan efektivitas pengencer darah generik dalam mencegah pembekuan darah.
Uji coba ketiga yang akan dimulai difokuskan pada pasien Covid-19 yang sudah dipulangkan dari rumah sakit setelah mendapatkan perawatan.
Pasien yang akan diuji berada dalam kondisi sedang hingga parah.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Tinggi, Bagaimana Kondisi di Asia Tenggara?
Melansir worldometers, Jumat (11/9/2020) pukul 06.45 WIB, virus corona telah menginfeksi 28.312.986 orang secara global, dengan 20.325.634 orang sudah sembuh.
Adapun kasus kematian di seluruh dunia mencapai 913.077 kasus.
1. Amerika Serikat
Amerika Serikat menjadi negara yang melaporkan kasus infeksi terbanyak di dunia.