KOMPAS.com - Bantal menjadi salah satu benda yang tak bisa terlepas dari tempat tidur.
Bantal, di Indonesia secara umum ada bantal kepala berbentuk kotak atau persegi panjang, dan bantal guling berbentuk lonjong untuk didekap.
Di luar itu, tentu masih banyak lagi bentuk dan jenis bantal lain yang bisa ditemui hari ini. Sebut saja bantal sofa, sandaran kursi, alas duduk, dan sebagainya.
Bagaimanakah sejarah bantal?
Berdasarkan penjelasan dalam My Pillow Guide, keberadaan bantal pertama kali diketahui berasal dari Mesopotamia, 7.000 tahun sebelum masehi.
Jangan bayangkan bantal terbuat dari material yang nyaman dan empuk.
Bantal di waktu itu terbuat dari batu pipih berbentuk persegi panjang yang satu bagian panjangnya dibuat cekungan.
Baca juga: Susu Cair Bisa Buat Tanaman Hias Tampil Segar, Bagaimana Caranya?
Dikisahkan, salah satu yang paling kaya dari orang-orang Mesopotamia berinisiatif membuat suatu alat untuk mencegah adanya serangga, semut, atau binatang insekta lainnya merambat ke rambut, hidung atau mulut ketika tertidur di lantai.
Alat itu sesederhana batu yang mereka letakkan di bawah kepala mereka.
Pada akhirnya, kepemilikan bantal di suku itu menjadi satu simbol status dalam masyarakat. Semakin banyak bantal yang dimiliki, maka semakin terpandang pemiliknya.
Nenek moyang Mesir juga menggunakan bantal batu seperti leluhur Mespotamian. Bedanya, terkadang orang mesir juga menggunakan balokan kayu, tidak selalu batu.
Bantal digunakan, karena mereka meyakini kepala merupakan bagian paling sakral dari seorang manusia sehingga harus dilindungi dan ditinggikan.
Di tangan bangsa Yunani dan Romawi, bantal mengalami perubahan material.
Tidak lagi menggunakan batu, tapi beralih ke bahan yang lebih tidak keras seperti jerami, alang-alang, dan bulu bagi mereka yang sangat kaya.
Bahan-bahan itu dimasukkan ke dalam sebuah wadah yang nantinya mereka gunakan untuk menjadi bantal yang lebih empuk dan nyaman.
Namun tetap, bantal masih hanya dimiliki oleh mereka orang-orang yang kaya.
Seiring berjalannya waktu, bantal mengalami perluasan fungsi, tidak lagi hanya digunakan untuk alas kepala ketika tidur, tetapi juga digunakan untuk alas ketika berlutut atau berdoa.
Fungsi bantal yang satu ini pun masih banyak ditemui hingga sekarang.
Di China, bantal tebuat dari bahan keras seperti porselen, kayu, perak, bambu, atau keramik.
Namun mereka meletakkan beberapa material seperti pakaian di atasnya agar terasa lebih empuk dan nyaman digunakan.
Dikutip dari Gotta Sleep, bantal ditinggalkan penggunanya ketika kekaisaran Romawi Barat jatuh.
Orang-orang kaya masih menggunakannya, tapi tidak dengan kalangan masyarakat umum. Penggunaannya dinilai menjadi simbol kelemahan.
Baca juga: Bagaimana Kucing Bisa Selamat Setelah Jatuh dari Gedung Tinggi?
Hanya ada dua kelompok atau orang yang bisa tetap menggunakan bantal di era ini, mereka adalah ibu hamil dan Raja Henry VIII.
Selain itu, semua orang dilarang menggunakan bantal. Mereka diminta untuk tidur tanpa bantal, sehingga posisi kepala lurus dengan punggung.
Hanya saja kepercayaan ini perlahan luntur hingga perlahan orang-orang kembali memiliki bantal untuk beristirahat di malam hari.
Orang-orang mulai menyadari membutuhkan tempat yang lembut untuk mengistirahatkan kepala mereka.
Hanya saja, mereka kerap mengganti isi bantal yang mereka gunakan, karena rawan terserang hama penyakit.
Sebagian besar bantal yang ada hari ini berisikan kapas atau bahan sintetis yang empuk.
Namun, tidak hanya bahan yang mengalami perubahan jauh di hari ini, bentuk dan fungsi bantl pun mengalami banyak perkembangan.
Fungsi bantal tidak hanya untuk alas tidur, ada banyak bantal yang memiliki teknologi canggih.
Misalnya untuk membaca pola tidur penggunanya, membangunkan ketika si pengguna mendengkur, dilengkapi alarm, dan lain sebagainya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.