Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Ahli Soroti Penggunaan Tes Cepat Virus Corona di India

Kompas.com - 24/08/2020, 19:08 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Sumber ABC News

KOMPAS.com - Pada Juni 2020, India mulai menggunakan metode tes dengan harga tes kit yang lebih murah, dan waktu untuk mendapatkan hasil yang lebih cepat, untuk meningkatkan kapasitas testing virus corona.

Metode ini meningkatkan kapasitas testing India hingga hampir lima kali lipat hanya dalam kurun waktu dua bulan.

Namun, data dari Pemerintah India menunjukkan beberapa wilayah di negara itu menjadi terlalu bergantung dengan tes yang lebih cepat, yang dapat luput mendeteksi penularan.

Melansir ABC News, Senin (24/8/2020), para pakar memperingatkan bahwa untuk menggunakan metode ini dengan aman, diperlukan pengetesan ulang, yang tidak selalu dilakukan.

Jumlah kasus meningkat pesat, melebihi kemampuan laboratorium untuk melakukan tes begitu India melonggarkan kebijakan lockdown ketat mereka.

Sejauh ini, pihak berwenang India telah melakukan pembatasan jatah penggunaan tes molekuler yang lebih akurat untuk mendeteksi kode genetik virus.

Namun, pada 14 Juni 2020, India memutuskan untuk mendukung pembatasan jatah itu dengan tes yang lebih cepat yang menyaring antigen, atau protein virus.

Meskipun kurang akurat, tes ini murah dan memberikan hasil dalam hitungan menit. Sebagian besar tidak memerlukan lab untuk pemrosesan atau peralatan khusus atau personel terlatih.

Rencananya adalah meningkatkan pengujian dengan cepat untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi dan mencegah mereka menyebarkan virus.

Baca juga: Nomor 3 Tertinggi di Dunia, Bagaimana Penyebaran Kasus Covid-19 di India?

Risiko tes cepat

Pejabat kesehatan India mengatakan, sampel yang diuji menggunakan kedua jenis tes itu meningkat dari 5,6 juta pada pertengahan Juni menjadi 26 juta dua bulan kemudian.

Hampir sepertiga dari semua tes yang dilakukan setiap hari sekarang menjadi tes antigen.

Namun, apa yang dilakukan India juga menunjukkan risiko yang melekat karena terlalu mengandalkan tes antigen, dengan mengorbankan tes yang lebih akurat.

Bahayanya adalah bahwa tes tersebut dapat secara keliru mendeteksi banyak orang yang seharunya terdeteksi positif Covid-19, dan berkontribusi pada penyebaran virus di daerah yang terkena dampak paling parah.

Hasil tes yang cepat dapat dihentikan dengan tes laboratorium yang lebih akurat, tetapi ini lebih lambat dan mahal.

Para ahli juga memperingatkan, karena kedua jenis tes memiliki akurasi yang berbeda, mereka perlu diinterpretasikan secara terpisah untuk menilai penyebaran infeksi dengan tepat, sesuatu yang tidak dilakukan India.

Baca juga: India Lakukan Tes Covid-19 Satu Juta per Hari, Bagaimana Metodenya? 

Petugas polisi dan kerabat berdiri di luar rumah sakit tempat kebakaran terjadi di dalam Unit Perawatan Intensif (ICU) yang merawat pasien yang terinfeksi penyakit virus corona (Covid-19) di Ahmedabad, India, 6 Agustus 2020. REUTERS/Stringer via Al Jazeera Petugas polisi dan kerabat berdiri di luar rumah sakit tempat kebakaran terjadi di dalam Unit Perawatan Intensif (ICU) yang merawat pasien yang terinfeksi penyakit virus corona (Covid-19) di Ahmedabad, India, 6 Agustus 2020.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Ilmuwan Temukan Kemungkinan Asal-usul Medan Magnet Matahari, Berbeda dari Perkiraan

Tren
5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

5 Fakta Penangkapan Pegi Pembunuh Vina: Ganti Nama, Pindah Tempat, dan Jadi Kuli

Tren
Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Detik-detik Panggung Kampanye Capres di Meksiko Dihantam Angin, Korban Capai 9 Orang

Tren
Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Daftar Libur Nasional dan Cuti Bersama Juni 2024, Ada 3 Tanggal Merah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com