Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update IDI: 86 Dokter Meninggal Dunia karena Covid-19

Kompas.com - 21/08/2020, 18:01 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Jumlah dokter yang menjadi korban infeksi virus corona di Indonesia terus bertambah.

Sebagai garda depan penanganan pasien Covid-19, tenaga medis termasuk dokter, merupakan kelompok yang paling rentan karena  berinteraksi langsung dengan pasien positif maupun suspek Covid-19.

Anggota Bidang Kesekretariatan, Protokoler, dan Public Relations Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Halik Malik mengatakan, berdasarkan data hingga Jumat (21/8/2020), sebanyak 86 orang dokter meninggal dunia akibat virus corona penyebab Covid-19.

“Informasi yang diterima PB IDI setidaknya ada 86 dokter yang dilaporkan meninggal dunia karena positif Covid-19 (konfirmasi) dan PDP Covid-19 (probable),” ujar Halik, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (21/8/2020).

Baca juga: Banyak Dokter Meninggal karena Lelah dan Stres Tangani Pasien Covid-19, Benarkah?

Halik mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima IDI, ada penambahan 10 orang dokter yang meninggal dunia karena infeksi virus corona dalam seminggu terakhir.

Berikut ini 86 dokter yang meninggal dunia akibat Covid-19:

1. Prof. DR. dr. Iwan Dwi Prahasto (Guru Besar FK UGM)
2. Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna (Guru Besar FKM UI/IDI Jakarta Timur)
3. dr. Bartholomeus Bayu Satrio (IDI Jakarta Barat)
4. dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes (IDI Kota Bandung)
5. dr. Hadio Ali K, Sp.S (IDI Jakarta Selatan)
6. dr. Djoko Judodjoko, Sp.B (IDI Bogor)
7. dr. Adi Mirsa Putra, Sp.THT-KL (IDI Bekasi)
8. dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ (IDI Jakarta Timur)
9. dr. Ucok Martin Sp. P (IDI Medan)
10. dr. Efrizal Syamsudin, MM (IDI Prabumulih)
11. dr. Ratih Purwarini, MSi (IDI Jakarta Timur)
12. Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu, SpBS (IDI Jakarta Pusat)
13. Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH (Guru besar Epidemiologi FKM UI)
14. Dr. Bernadette Sp THT meninggal di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (IDI Makassar)
15. DR.Dr. Lukman Shebubakar SpOT (K) (IDI Jakarta Selatan)
16. Dr Ketty di RS Medistra (IDI Tangerang Selatan)
17. Dr. Heru S. meninggal di RSPP (IDI Jakarta Selatan)
18. Dr. Wahyu Hidayat, SpTHT (IDI Kab. Bekasi)
19. Dr. Naek L. Tobing, SpKJ (IDI Jakarta Selatan)
20. Dr. Karnely Herlena (IDI Depok)
21. Dr. Soekotjo Soerodiwirio SpRad (IDI Kota Bandung)
22. Dr. Sudadi, MKK, SpOK (IDI Jakarta Pusat)
23. Prof. Dr. H. Hasan Zain, Sp.P (IDI Banjarmasin)
24. Dr. Mikhael Robert Marampe (IDI Kab. Bekasi)
25. Dr. Berkatnu Indrawan Janguk (IDI Surabaya)
26. Dr. Irsan Nofi Hardi Nara Lubis, Sp.S (IDI Medan)
27. Dr. Boedhi Harsono (IDI Surabaya)
28. Dr. Soeharno (IDI Kediri)
29. Dr. Amir Hakim Siregar SpOG (IDI Batam)
30. Dr. Ignatius Tjahjadi SpPD (IDI Surabaya)
31. Dr. Esis Prasasti Inda Chaula, SpRad (IDI Tegal)
32. Dr. Hilmi Wahyudi (IDI Gresik)
33. DR. dr Heru Prasetya, SpB, SpU (IDI Banjarmasin)
34. dr. Miftah Fawzy Sarengat (PPDS FK Unair, RS Soetomo, IDI Balikpapan)
35. dr. Bendrong Moediarso, SpF, SH (IDI Surabaya)
36. dr. H. Dibyo Hardianto (IDI Bangkalan)
37. dr. Deny Dwi Yuniarto (IDI Sampang)
38. dr. Gatot Prasmono (IDI Sidoarjo)
39. dr. Sukarno (IDI Sidoarjo)
40. dr. Arief Basuki SpAn (IDI Surabaya)
41. dr. Herry Nawing SpA (IDI Makassar)
42. dr. Theodorus Singara SpKJ (IDI Makassar)
43. dr. Nyoman Sutedja, MPH (IDI Denpasar)
44. dr. Putri Wulan Sukmawati (PPDS Anak FK Unair/RS Soetomo Surabaya)
45. dr. Sang Aji Widi Aneswara (IDI Semarang)
46. dr. Elianna Widiastuti (IDI Semarang)
47. dr. Agus Pramono (IDI Sidoarjo)
48. dr Ane Roviana (IDI Jepara)
49. dr. Sovian Endi (IDI Grobogan)
50. dr. Pepriyanto Nugroho (IDI Blitar)
51. dr. Ahmadi NH, Sp.KJ (IDI Semarang)
52. dr. Zulkiflie Saleh (IDI Banjarmasin)
53. dr. Abdul Choliq (IDI Probolinggo)
54. Prof. dr. H. Mgs. Usman Said, SpOG (K) (IDI Palembang)
55. dr. H. Khiarul Saleh, SpPD (IDI Palembang)
56. dr. Anna Mari Ulina Bukit (IDI Medan)
57. dr Herwanto SpB (IDI Kisaran)
58. dr. Maya Norismal Pasaribu (IDI Labuhan Batu Utara)
59. dr. Budi Luhur (IDI Gresik)
60. dr. Deni Chrismono Raharjo (IDI Surabaya)
61. dr Arif Agoestono Hadi (IDI Lamongan)
62. dr. Djoko Wiyono (IDI Surabaya)
63. Prof. Dr. dr. Andi Arifuddin Djuanna, SpOG (K) (IDI Makassar)
64. dr. Aldreyn Asman Aboet, SpAN, KIC (IDI Medan)
65. dr. M. Fahmi Arfa'i (IDI Semarang)
66. dr. M. Ali Arifin (IDI Sidoarjo)
67. dr. M. Hatta Lubis, SpPD (IDI Padang Sidempuan)
68. dr. Elida Ilyas, SpKFR (K) (IDI Jakarta)
69. dr. I Wayan Westa, Sp.KJ (K) (IDI Denpasar)
70. dr. Sony Putrananda (IDI Blitar)
71. dr. H. Muhammad Arifin Sinaga, MAP (IDI Langkat)
72. dr. Andhika Kesuma Putra, Sp.P (K) (IDI Medan)
73. dr. Edi Suwasono (IDI Kota Malang)
74. dr. Ahmad Rasyidi Siregar, SpB (IDI Medan)
75. dr. HM Syamsu Rizal (IDI Natuna)
76. dr. Dennis (IDI Medan)
77. dr. Adnan Ibrahim, SpPD (IDI Makassar)
78. dr. I Nyoman Sueta (IDI Denpasar)
79. dr. Paulus Sp.PD (IDI Jakarta Pusat)
80. dr. Sulis Bayu Sentono, dr., M.Kes., Sp.OT (K) (IDI Surabaya)
81. Prof. Dr. dr. R. Mohammad Muljohadi Ali, Sp.FK (IDI Malang Raya)
82. dr. Hery Prasetyi (IDI Blora)
83. dr. Sriyono (IDI Balikpapan)
84. dr. Sabar Tuah Barus SpA (IDI Medan)
85. dr. John Edward Feridol Sipayung (IDI Siantar Simalungun)
86. dr. Ach. Chusnul Chuluq Ar, MPH (IDI Malang Raya)

Sebelumnya, seperti diberitakan Kompas.com, 2 Agustus 2020, Halik menyebutkan, rata-rata dokter yang meninggal masih berusia produktif kisaran 28 tahun hingga 34 tahun.

“Umumnya memiliki komorbid, ada juga yang tidak punya komorbid sama sekali,” ujar Halik.

Baca juga: IDI: 74 Dokter Meninggal Selama Pandemi Virus Corona, Apa Penyebabnya?

Pada 2 Agustus 2020, jumlah dokter korban Covid-19 berjumlah 72 orang.

Artinya, dalam waktu 19 hari terdapat sekitar 14 dokter yang meninggal dunia.

Halik menyebutkan beberapa hal yang menjadi penyebab masih tingginya kematian tenaga medis termasuk dokter.

Salah satunya karena minimnya APD, tetapi bukan faktor utama.

“APD itu hal yang terakhir dalam hierarki pencegahan penularan virus corona di fasilitas kesehatan. APD yang tidak standar bukanlah faktor tunggal yang menyebabkan tingginya kasus penularan terhadap tenaga kesehatan,” kata Halik seperti diberitakan Kompas.com, 13 Juli 2020. 

Ia menilai, perlu SOP penanganan pasien Covid-19 dan non-Covid-19 yang jelas di setiap fasilitas kesehatan.

Screening ketat di setiap fasilitas kesehatan, penetapan RS rujukan Covid-19, dan pengadaan RS khusus Covid-19 juga diperlukan untuk menekan angka kejadian infeksi silang antar petugas dan pasien di fasilitas kesehatan,” ujar dia.

Baca juga: Saat Dokter Filipina Mengaku Kalah Melawan Virus Corona...

Beberapa penyebab yang diduga menjadi penyebab tingginya kasus Covid-19 pada tenaga medis yakni:

  • Minimnya APD di fasilitas kesehatan
  • Lemahnya screening pasien, termasuk screening untuk petugas
  • Belum dibuat alur layanan yang berbeda untuk pasien Covid-19 dan non-Covid-19
  • Lemahnya deteksi/isolasi/terapi kasus
  • Adanya faktor risiko dan kerentanan seperti usia, penyakit, dan komorbid lainnya
  • Riwayat kontak dengan pasien Covid-19 maupun pasien umum yang tanpa gejala
  • Keterlambatan dalam testing dan hasil tes yang terlalu lama
  • Keterbatasan jumlah faskes dan RS rujukan Covid-19.

Baca juga: Data Terbaru IDI: 72 Dokter Meninggal Dunia karena Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk, Pilek, Alergi, dan Gejala Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Kapan Waktu Terbaik Olahraga untuk Menurunkan Berat Badan?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com