Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus di Mauritius, Bagaimana Cara Mengatasi Tumpahan Minyak di Laut?

Kompas.com - 16/08/2020, 08:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Metode pembakaran minyak di air terbukti menjadi teknik yang sangat efektif dalam menanggapi bencana tersebut.

Akan tetapi, metode tersebut juga menghasilkan asap beracun yang dapat berdampak negatif pada lingkungan.

"Mungkin sulit untuk mengumpulkan minyak agar cukup kental sehingga bisa dibakar. Jika minyak telah tersebar selama beberapa hari, itu tidak akan menjadi pilihan," kata Nicky Cariglia, konsultan independen di Marittima yang mengkhususkan diri pada pencemaran laut.

Menyerap minyak

Penyerap minyak bertindak seperti spons untuk menyerap minyak yang tumpah.

Akan tetapi, metode ini lebih berguna untuk membersihkan sejumlah kecil minyak di darat dan tidak efektif dalam mengatasi tumpahan di laut.

Penggunaan bahan-bahan yang digunakan untuk menyerap minyak di atas air juga dapat menciptakan polusi lebih lanjut.

"Memulihkan dan membuang bahan-bahan yang diminyaki ini membutuhkan banyak energi. Ada risiko puing-puing yang diminyaki akan hilang di laut," kata Cariglia.

Membiarkan alam bekerja

Ketika wilayah tumpahan minyak sulit dijangkau, alam sendiri dapat membantu mengatasi masalah tersebut.

Angin dan gelombang secara alami akan menyebarkan minyak dari waktu ke waktu.

Bagian-bagiannya akan menguap dan mikroba yang terbentuk secara alami juga akan melakukan tugasnya untuk mulai mengurai minyak.

Namun, ini adalah proses yang lambat dan tidak dapat diandalkan serta membutuhkan pengawasan secara ketat.

Bahan kimia, seperti dispersan juga dapat digunakan untk membantu proses ini, meski dapat menyebabkan masalah lingkungan jika digunakan pada lokasi dangkal.

"Misalnya di lokasi yang terdapat terumbu karang, akan lebih baik jika minyaknya tetap di permukaan," papar Cariglia.

"Tak ada obat ajaib tunggal untuk mengatasi tumpahan minyak," lanjut dia.

Baca juga: Tragedi Minyak Tumpah Terparah di Mauritius, Keadaan Darurat Lingkungan Diumumkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Kisah Bocah 7 Tahun di Nepal Tak Sengaja Telan Pensil Sepanjang 10 Cm

Tren
Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com