Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kasus di Mauritius, Bagaimana Cara Mengatasi Tumpahan Minyak di Laut?

Kompas.com - 16/08/2020, 08:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah kapal tanker minyak milik Jepang dilaporkan menghantam karang di lepas Pantai Mauritius pada 25 Juli 2020.

Kapal yang membawa hampir 4.000 metrik ton minyak itu kandas di dekat Pointe d'Esny di Samudera Hindia.

Lebih dari 1.000 ton minyak dilaporkan bocor dari retakan di lambung kapal. Hal itu membuat Pemerintah Mauritius mengumumkan keadaan darurat lingkungan.

Untuk menangani masalah itu, ada sejumlah cara yang biasa dilakukan.

Dilansir dari DW, Rabu (12/8/2020), metode penanganan tumpahan minyak bergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis dan volume minyak, lokasi, serta kondisi cuaca.

Karena memiliki massa jenis lebih rendah dari air, minyak biasanya mengapung di permukaan laut.

Artinya, langkah pembersihan harus diambil dengan cepat sebelum menyebar lebih luas.

Baca juga: Bencana Minyak Tumpah Mauritius, Hewan Laut Mulai Mati

Mengambil minyak dari permukaan

Salah satu metode untuk mengendalikan tumpahan minyak di laut adalah dengan mengambilnya dari permukaan air.

Metode ini telah digunakan pada kasus tenggelamnya kapal kargo Grande Amerika pada 2019 di sekitar 300 kilometer dari lepas pantai Perancis.

Metode ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut boom. Alat itu berfungsi sebagai penghalang minyak agar tidak menyebar.

Setelah boom terisi, perahu yang dilengkapi dengan mesin skimmer akan menyedot minyak dan memisahkannya dari air.

Namun, metode ini hanya bisa berfungsi jika tumpahan minyak berada pada satu area dan dalam kondisi yang tepat.

Membakar minyak di air

Dalam kondisi tertentu, membakar minyak dari permukaan air bisa menjadi metode yang paling tepat. Di perairan Arktik atau yang tertutup es, misalnya, itu mungkin satu-satunya pilihan.

Metode ini juga akan digunakan untuk mengatasi kebocoran minyak yang tak terkendali dan telah menyebar dengan cepat.

Baca juga: Bencana Lingkungan, Ribuan Ton Minyak Tumpah di Mauritius Terlihat dari Luar Angkasa

Ketika rig pengeboran minyak di lepas pantai Deepwater Horizon terbakar dan tenggelam pada 2010 silam, minyak menyembur dari dasar laut dan menyebabkan tumpahan terbesar dalam sejarah.

Metode pembakaran minyak di air terbukti menjadi teknik yang sangat efektif dalam menanggapi bencana tersebut.

Akan tetapi, metode tersebut juga menghasilkan asap beracun yang dapat berdampak negatif pada lingkungan.

"Mungkin sulit untuk mengumpulkan minyak agar cukup kental sehingga bisa dibakar. Jika minyak telah tersebar selama beberapa hari, itu tidak akan menjadi pilihan," kata Nicky Cariglia, konsultan independen di Marittima yang mengkhususkan diri pada pencemaran laut.

Menyerap minyak

Foto ini disediakan oleh Kementerian Pertahanan Prancis menunjukkan kebocoran minyak dari MV Wakashio, sebuah kapal kargo curah yang baru-baru ini kandas di lepas pantai tenggara Mauritius, Minggu (9/8/2020)AP Photo/Gwendoline Defente Foto ini disediakan oleh Kementerian Pertahanan Prancis menunjukkan kebocoran minyak dari MV Wakashio, sebuah kapal kargo curah yang baru-baru ini kandas di lepas pantai tenggara Mauritius, Minggu (9/8/2020)
Penyerap minyak bertindak seperti spons untuk menyerap minyak yang tumpah.

Akan tetapi, metode ini lebih berguna untuk membersihkan sejumlah kecil minyak di darat dan tidak efektif dalam mengatasi tumpahan di laut.

Penggunaan bahan-bahan yang digunakan untuk menyerap minyak di atas air juga dapat menciptakan polusi lebih lanjut.

"Memulihkan dan membuang bahan-bahan yang diminyaki ini membutuhkan banyak energi. Ada risiko puing-puing yang diminyaki akan hilang di laut," kata Cariglia.

Membiarkan alam bekerja

Ketika wilayah tumpahan minyak sulit dijangkau, alam sendiri dapat membantu mengatasi masalah tersebut.

Angin dan gelombang secara alami akan menyebarkan minyak dari waktu ke waktu.

Bagian-bagiannya akan menguap dan mikroba yang terbentuk secara alami juga akan melakukan tugasnya untuk mulai mengurai minyak.

Namun, ini adalah proses yang lambat dan tidak dapat diandalkan serta membutuhkan pengawasan secara ketat.

Bahan kimia, seperti dispersan juga dapat digunakan untk membantu proses ini, meski dapat menyebabkan masalah lingkungan jika digunakan pada lokasi dangkal.

"Misalnya di lokasi yang terdapat terumbu karang, akan lebih baik jika minyaknya tetap di permukaan," papar Cariglia.

"Tak ada obat ajaib tunggal untuk mengatasi tumpahan minyak," lanjut dia.

Baca juga: Tragedi Minyak Tumpah Terparah di Mauritius, Keadaan Darurat Lingkungan Diumumkan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com