Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepekan Ledakan Lebanon, Apa Saja Fakta yang Diketahui Sejauh Ini?

Kompas.com - 11/08/2020, 16:44 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sepekan setelah ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut, Lebanon, Selasa (4/8/2020) lalu, warga secara perlahan mulai bangkit dari bencana itu.

Hingga saat ini, tercatat lebih dari 160 orang meninggal dunia, 5.000 warga terluka, dan 300.000 penduduk Beirut kehilangan tempat tinggal.

Ledakan tersebut seakan menjadi titik balik reformasi pemerintah yang dianggap tak bisa mengatasi permasalahan negara.

Demonstrasi sejak Oktober 2019 yang sempat terhenti akibat virus corona, kembali pecah dan menduduki sejumlah kantor kementerian.

Terbaru, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab dan sejumlah menterinya menyatakan mundur dari jabatannya.

Baca juga: Profil Hassan Diab, PM Lebanon yang Mengundurkan Diri Pasca-ledakan Beirut

Lantas, apa saja temuan terkait ledakan di Lebanon sampai saat ini?

Ruang bawah tanah

Penyidik dan petugas penyelamat menemukan sebuah tempat yang diduga sebagai ruang bawah tanah.

Melansir Al Arabiya English, Senin (10/8/2020), ruang bawah tanah tersebut tampak seperti penampungan darurat bawah tanah yang kemungkinan telah dibangun sejak puluhan tahun lalu.

Temuan itu diketahui ketika petugas tengah memeriksa puing-puing ledakan di sekitar pelabuhan dan mencari korban yang masih hilang.

Namun, pihak tentara Lebanon menyangkal adanya ruangan mencurigakan tersebut.

Salah seorang anak petugas pelabuhan mengatakan, ayahnya pernah menceritakan tentang keberadaan ruangan tersebut.

"Dia pernah meminta kami untuk tidak khawatir saat dia bekerja di pelabuhan, karena ruang aman ini. Mereka menggunakan ruang itu selama perang sipil dan saat pelabuhan diserang. Kami berharap di sana tempat ia bersembunyi saat ini," ujar Tatiana, anak dari Ghassan Hasrouty, petugas pelabuhan yang belum ditemukan.

Baca juga: Penyidik Laporkan Temuan Ruang Bawah Tanah di Lokasi Ledakan Beirut, Lebanon

Latar belakang keberadaan amonium nitrat

Kapal kargo yang memuat amonium nitrat diketahui tiba di Lebanon pada September 2013 silam.

Berdasarkan informasi dari situs pelacakan kapal, Fleetmon, nama kapal itu adalah Rhosus dan berlayar dari Georgia menuju Mozambik.

Karena mengalami masalah teknis di laut, para pejabat Lebanon mencegah kapal itu berlayar. Kapal itu pun akhirnya ditinggalkan oleh pemilik dan para awak.

Sementara itu, kapten kapal MV Rhosus yang bertugas saat mengangkut muatan itu, Boris Prokoshev mengatakan, kapalnya diminta untuk memutar ke Beirut untuk mengangkut kargo tambahan demi menambal kekurangan dana.

Kapal kemudian diperintahkan memutar ke Beirut untuk memuat beberapa alat berat, guna diantar ke Pelabuhan Aqaba di Yordania.

Setelah berlabuh di Yordania, kapal Rhosus rencananya baru bisa berangkat lagi ke tujuan semula di Afrika, tujuan amonium nitrat itu akan dikirim ke pabrik bahan peledak.

Namun pada akhirnya kapal itu tak pernah meninggalkan Beirut. Mereka gagal memuat kargo tambahan setelah berulang kali mencoba.

"Itu tak mungkin (dilakukan). Itu bisa menghancurkan seisi kapal dan saya berkata tidak," kata Prokoshev, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, (7/8/2020).

Karena alasan kemanan, muatan amonium nitrat tersebut diturunkan dan disimpan di gedung pelabuhan beberapa bulan kemudian.

Baca juga: Ledakan Lebanon, Bagaimana Amonium Nitrat Sampai ke Pelabuhan Beirut?

Foto pekerja mengelas pintu gudang

Beberapa hari setelah ledakan, beredar sebuah foto yang memperlihatkan beberapa pekerja disebut sedang mengelas pintu gudang yang menyimpan amonium nitrat.

Pintu dan jendela terlihat cocok dengan foto dan video gudang tempat ledakan terjadi.

Meski kebenarannya masih diragukan, Direktur Jenderal Pelabuhan Beirut Hassan Kraytem tak menampik adanya pekerjaan pengelasan pintu di gudang.

"Kami diminta memperbaiki pintu gudang oleh Keamanan Negara, dan kami mengerjakannya siang hari, tetapi (penyebab) yang terjadi di sore harinya saya tak tahu kenapa," kata dia, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, (6/8/2020).

Penahanan 16 staf pelabuhan

Sebanyak 16 staf pelabuhan ditahan pada Kamis (6/8/2020) karena diduga memiliki andil di balik ledakan tersebut.

Jaksa militer Fadi Akiki mengatakan, 18 staf pelabuhan Beirut dipanggil untuk interogasi, sedangkan 16 di antaranya masih dalam tahanan untuk penyelidikan lebih lanjut.

Termasuk di antara mereka yang ditahan adalah petugas pelabuhan dan bea cukai, serta pekerja pemeliharaan dan manajernya.

Pernyataannya diumumkan ketika seorang pejabat mengonfirmasi bahwa bank sentral telah memerintahkan pembekuan aset untuk tujuh petinggi di pelabuhan dan bea cukai, termasuk Badri Daher Direktur Jenderal Otoritas Bea Cukai Lebanon.

Baca juga: [POPULER TREN] Video Manipulasi Rudal Saat Ledakan Lebanon | LTMPT soal UTBK SBMPTN

(Sumber: Kompas.com/Aditya Jaya Iswara/Miranti Kencana Wirawan/Vina Fadhrotul Mukaromah | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com