Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pewangi Pakaian Bisa Membunuh Virus Corona? Ini Penjelasannya

Kompas.com - 01/08/2020, 19:27 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah video di instagram tentang pewangi pakaian yang disebut dapat membunuh virus corona viral di media sosial, Jumat (1/8/2020).

Dalam video itu disebutkan, kandungan pewangi pakaian tersebut berupa Alkyl Dimethylbenzyl Ammonium Chloride atau Benzalkonium klorida. 

Zat tersebut dikatakan bersifat disinfektan dan dapat menangkal virus corona. 

Hingga kini video tersebut sudah disukai lebih dari 32.813 kali dan diputar lebih dari 818.958 kali.

Benarkah zat tersebut bisa membunuh virus corona? 

Penjelasan LIPI

Kompas.com menghubungi peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Chandra Risdian untuk menanyakan tentang hal tersebut. 

Terutama menanyakan mengenai kandungan bahan Alkyl Dimethylbenzyl Ammonium Chloride yang disebut-sebut bisa membunuh virus corona. 

"Alkyl dimethlyl benzyl ammonium chloride termasuk quaternary ammonium yang bisa membunuh coronavirus pada konsentrasi minimal 0.05 persen," kata Chandra saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (1/8/2020).

Dia menjelaskan, kandungan kimia itu bisa membunuh virus corona melalui disinfeksi benda mati.

Salah satu caranya yaitu dengan membasahkan lap dengan cairan tersebut lalu digunakan ke permukaan benda mati.

Akan tetapi Chandra memperingatkan untuk tidak menyemprotkannya langsung ke tubuh atau bagian tubuh lainnya. Juga melarang untuk mencampurkannya dengan bahan lain.

Dia mengungkapkan bahwa banyak produk rumah tangga yang dapat digunakan untuk disinfeksi.

Baca juga: Ahli Sebut Cuka Dapat Dimanfaatkan Jadi Disinfektan, Begini Cara Membuatnya

Di laman LIPI disebutkan bahan-bahan aktif dan konsentrasi kerjanya yang efektif terhadap coronavirus

Berikut beberapa di antaranya:

1. Accelerated hydrogen peroxide (0,5 persen) dan Hydrogen peroxide (0,5 persen).

2. Benzalkonium chloride/quaternary ammonium/alkyl dimethyl benzyl ammonium chloride (0,5 persen)

3. Chloroxylenol (0,12 persen)

4. Ethyl alcohol atau ethanol (62-71 persen)

5. Iodine in iodophor (50 ppm)

6. Isopropanol atau 2-propanol (50 persen)

7. Pine oil (0,23 persen)

8. Povidone-iodine (1 persen iodine)

9. Sodium hypochlorite (0,05-0,5 persen)

10. Sodium chlorite (0,23 persen)

11. Sodium dichloroisocyanurate (0,1-0,5 persen)

12. Triclosan (0,05 persen)

Sementara itu daftar produk disinfektan rumah tangga/produk pembersih yang mengandung bahan aktif yang efektif melawan coronavirus dapat dilihat di laman LIPI.

Baca juga: Membuat Disinfektan Sendiri: Cara, Bahan, dan Hal yang Harus Diperhatikan

Cara pemakaian dan durasi

Dihubungi terpisah, Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman mengatakan Alkyl Dimethylbenzyl Ammonium Chloride memang bisa membunuh virus corona.

"Ini memang bisa membunuh. Tapi ada syaratnya. Terutama adalah konsentrasinya, cara pemakaian dan lama (durasi) kontak cairan tersebut ke permukaan," kata Dicky pada Kompas.com, Sabtu (1/8/2020).

Dia mengatakan lama kontak minimal 10 menit. Sementara itu untuk konsentrasinya minimal 0.115 persen.

Dicky menjelaskan, semakin besar konsentrasinya maka akan semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk kontaknya.

Cara mengecek konsentrasinya, yaitu dengan melihat keterangan di kemasannya. Di kemasan tertulis bahwa kandungan Akil dimethyl benzyl ammonium chloride 0,1 persen.

"Selain itu juga, hal yang perlu dipahami bersama, data penunjang masih belum maksimal. Jadi harus tetap mengambil aspek kehati-hatian," kata dia.

Bahaya jika terkena tubuh

Dicky menjelaskan kandungan dalam produk dengan Akil dimethyl benzyl ammonium chloride tidak boleh terkena tangan atau bagian tubuh secara langsung. 

Sebab bisa menjadi berbahaya karena menyebabkan iritasi

Iritasi bisa terjadi pada mata dan kulit, dan pada mata bisa mengganggu permukaan kornea. karena termasuk kategori toksisitas 1.

"Semakin besar konsentrasinya maka akan besar iritasi pada kulit (semacam eksim)," jelas Dicky.

Selain itu bisa menimbulkan aktifasi prostaglandin E2 dan mematikan sel di mukosa. Selain itu apabila bentuknya berupa semprotan bisa menimbulkan iritasi pada saluran nafas dan menimbulkan alergi.

"Sediaan berupa semprotan ini berbahaya untuk orang berpenyakit asma dan gangguan kulit seperti eksim," imbuhnya.

Baca juga: Seputar SKB CPNS: Barang yang Wajib Dibawa hingga yang Dilarang

Bagaimana cara menggunakannya?

Menurut Dicky pertama-tama permukaan yang hendak didisinfeksi atau disemprot perlu dibersihkan dahulu. Bisa dicuci dengan detergen.

Setelah itu baru disemprot dan diratakan. Kemudian biarkan selama 10 menit.

Dicky mengatakan, sebenarnya jika suatu benda dicuci dengan detergen lalu dijemur saja sudah cukup untuk membunuh virus corona. Asalkan caranya benar.

Pada baju misalnya, yang dicuci di mesin cuci dengan detergen, bisa membunuh virus corona.

Jika dicuci dengan tangan, dapat membunuh virus juga asalkan dibiarkan direndam dalam ember dengan detergen setidaknya 3 menit.

"Lebih aman menggunakan air panas untuk merendam. Kemudian dibilas dengan air mengalir dan dijemur," jelas dia. 

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Peristiwa Bom Plaza Atrium, Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com