Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Djoko Tjandra, Si "Joker" Buronan Kasus Bank Bali

Kompas.com - 30/07/2020, 21:49 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Ayah empat anak yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat, itu sangat jarang muncul di halaman surat kabar atau majalah.

Fotonya pun kalau boleh dikatakan, jarang sekali. Namanya muncul ketika kasus money politics BB mencuat pada 1990-an.

Menurut orang terdekatnya, Djoko dikenal berani melakukan suatu hal yang jarang dilakukan pengembang lain, yakni menjual sendiri ruangan gedung-gedung perkantoran.

Pada saat pengembang lain mengambil jalan aman menggunakan jasa perusahaan semacam Procon Indah (Jones Lang Wooton), Djoko memakai perusahaan sendiri melalui PT Mulia Indoland.

Ia juga tak pernah mengadakan jumpa pers atau publikasi berkaitan dengan dibukanya gedung-gedung yang dibangun Grup Mulia.

Baca juga: Djoko Tjandra Diperkirakan Tiba Pukul 22.00, Polisi Berjaga di Halim

Ketika membuat gedung, Djoko juga dikenal tidak membangun sembarangan, tidak ada yang jelek, dan sangat cepat.

"Dulu (tahun 1970-an), kalau mau ke tempat saya, Djoko itu hanya pakai taksi. " kata Sudwikatmono.

"Dia itu pintar ngomong, pintar meyakinkan orang. Dia bagus berbahasa Inggris. Ia pun berhasil membangun relasi baik dengan beberapa bank. Dia juga mempunyai pendekatan yang bagus dengan orang pemerintah. Keberhasilan itu memang hokidia," sambungnya.

Setelah dipegang Djoko, bisnis Grup Mulia boleh dibilang tumbuh pesat, terutama di sektor properti.

Di sektor ini, Grup Mulia menjadi leader, khususnya dalam pengadaan gedung perkantoran di Jakarta.

Beberapa yang terkenal adalah Five Pillars Office Park, Lippo Life Building dan Kuningan Tower, Sampoerna Plaza, BRI II, Mulia Tower, Wisma Antara, Surabaya Tower, dan Mulia Center.

Tercatat sebanyak 41 perusahaan bernaung di bawah Grup Mulia, dengan perkiraan total aset pada tahun 1998 sebesar Rp 11,5 trilyun, dan sales turn-overpada tahun 1998 diperkirakan Rp 395 milyar.

Akan tetapi, pada masa Djoko pula perusahaan ini menanggung beban berat akibat terjadinya krisis ekonomi.

Pada akhir 1990-an, Djoko terseret ke dalam kasus Bank Bali (BB) yang melibatkan PT Era Giat Prima (EGP). EGP mendapatkan hak pengalihan penagihan piutang BB di Bank Indonesia (BI).

Baca juga: Polisi Tangkap Djoko Tjandra, Jemput di Bandara Halim Perdanakusuma

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com