Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Profil Djoko Tjandra, Si "Joker" Buronan Kasus Bank Bali

KOMPAS.com - Nama Djoko Tjandra santer diberitakan dalam satu bulan terakhir karena diduga sempat berada di Indonesia.

Sempat kabur ke Kuala Lumpur, jalan panjang pelarian Djoko Tjandra, terpidana kasus Bank Bali itu akhirnya berakhir pada Kamis (30/7/2020).

Kini, aparat kepolisian sedang menjemput Djoko Tjandra di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Saat kasusnya mencuat, Djoko Tjandra juga kerap disebut dengan "Joker". Sebutan ini muncul setelah adanya percakapan antara Jaksa Agung Muda Pidana Khusus saat itu, Kemas Yahya Rahman, dengan Artalyta Suryani. Dalam sidang, terungkap bahwa "Joker" dalam percakapan itu merujuk pada Djoko Tjandra.

Lantas, siapakah Djoko Tjandra?

Mendirikan Grup Mulia

Dilansir dari Harian Kompas, 7 Agustus 1999, Djoko Sugiarto Tjandra alias Tjan Kok Hui sebenarnya lebih identik dengan Grup Mulia.

Grup Mulia didirikan oleh Tjandra Bersaudara yakni Tjandra Kusuma (Tjan Boen Hwa), Eka Tjandranegara (Tjan Kok Hui), Gunawan Tjandra (Tjan Kok Kwang), dan Djoko S Tjandra, pada 1970-an.

Bisnis pertama yang dirintis Djoko Tjandra adalah perusahan konstruksi fondasi dan tiang pancang Jaya Sumpiles Indonesia.

Tahun 1980-an, Tjandra Bersaudara selain bermitra dengan Sudwikatmono, juga menjalin kerja sama dengan Prajogo Pangestu dan Mochtar Riyadi. Mereka bersama-sama membesarkan Grup Mulia.

Pada 1984, Djoko Tjandra dan Eka Tjandranegara memilai usaha trading melalui PT Mulia Persada Gemilang.

Di tangan mereka, perusahaan itu terus menanjak sehingga mampu berekspansi ke berbagai sektor usaha, seperti industri glassware, properti, pembangunan dan pengelolaan gedung perkantoran, dan sebagainya.

Selain itu, Grup Mulia juga mengembangkan sayap bisnis ke mancanegara, yaitu Singapura dan Belanda.

Di Singapura, kelompok usaha itu memiliki dua perusahaan afiliasi yaitu Sum Cheong Pte Ltd dan Sumpiles Investment of Singapore. Di Belanda, Grup Mulia mendirikan Mulia Industrindo Finance BV.

Mengelola Grup Mulia

Setelah peran Eka Tjandranegara mulai berkurang, Djoko Tjandra mengambil alih tugas sebagai pelaksana Grup Mulia.

Tidak banyak informasi yang dapat digali dari Djoko.

Ayah empat anak yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat, itu sangat jarang muncul di halaman surat kabar atau majalah.

Fotonya pun kalau boleh dikatakan, jarang sekali. Namanya muncul ketika kasus money politics BB mencuat pada 1990-an.

Menurut orang terdekatnya, Djoko dikenal berani melakukan suatu hal yang jarang dilakukan pengembang lain, yakni menjual sendiri ruangan gedung-gedung perkantoran.

Pada saat pengembang lain mengambil jalan aman menggunakan jasa perusahaan semacam Procon Indah (Jones Lang Wooton), Djoko memakai perusahaan sendiri melalui PT Mulia Indoland.

Ia juga tak pernah mengadakan jumpa pers atau publikasi berkaitan dengan dibukanya gedung-gedung yang dibangun Grup Mulia.

Ketika membuat gedung, Djoko juga dikenal tidak membangun sembarangan, tidak ada yang jelek, dan sangat cepat.

"Dulu (tahun 1970-an), kalau mau ke tempat saya, Djoko itu hanya pakai taksi. " kata Sudwikatmono.

"Dia itu pintar ngomong, pintar meyakinkan orang. Dia bagus berbahasa Inggris. Ia pun berhasil membangun relasi baik dengan beberapa bank. Dia juga mempunyai pendekatan yang bagus dengan orang pemerintah. Keberhasilan itu memang hokidia," sambungnya.

Setelah dipegang Djoko, bisnis Grup Mulia boleh dibilang tumbuh pesat, terutama di sektor properti.

Di sektor ini, Grup Mulia menjadi leader, khususnya dalam pengadaan gedung perkantoran di Jakarta.

Beberapa yang terkenal adalah Five Pillars Office Park, Lippo Life Building dan Kuningan Tower, Sampoerna Plaza, BRI II, Mulia Tower, Wisma Antara, Surabaya Tower, dan Mulia Center.

Tercatat sebanyak 41 perusahaan bernaung di bawah Grup Mulia, dengan perkiraan total aset pada tahun 1998 sebesar Rp 11,5 trilyun, dan sales turn-overpada tahun 1998 diperkirakan Rp 395 milyar.

Akan tetapi, pada masa Djoko pula perusahaan ini menanggung beban berat akibat terjadinya krisis ekonomi.

Pada akhir 1990-an, Djoko terseret ke dalam kasus Bank Bali (BB) yang melibatkan PT Era Giat Prima (EGP). EGP mendapatkan hak pengalihan penagihan piutang BB di Bank Indonesia (BI).

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/30/214944465/profil-djoko-tjandra-si-joker-buronan-kasus-bank-bali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke