Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapat Disaksikan Mulai Nanti Sore, Berikut Cara Memotret Fenomena Langka Komet Neowise

Kompas.com - 19/07/2020, 12:15 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena langka komet Neowise (C/2020 F3) diperkirakan akan dapat dilihat di Indonesia dengan mata telanjang mulai Minggu (19/7/2020) sore hingga Sabtu (25/7/2020) setelah matahari terbenam.

Menurut rilis dari Lapan, Minggu (19/7/2020), meskipun akan terlihat secara kasat mata, komet akan semakin sulit dilihat di daerah yang memiliki polusi cahaya tinggi.

Dengan panjang angular ekor yang cukup besar, komet dapat terlihat dengan binokuler, teleskop, atau kamera digital dengan kepekaan cahaya yang tinggi.

Adapun waktu terbaik untuk mengamatinya yaitu pada Kamis (23/7/2020).

Komet mulai sulit dilihat dengan mata telanjang pada Minggu (26/7/2020) pada lokasi berpolusi cahaya tinggi. 

Melansir Science Alert, Minggu (13/7/2020), komet ini baru ditemukan pada 27 Maret 2020.

Komet Neowise berada pada jarak yang cukup jauh dengan Bumi, yaitu sekitar 100 juta kilo meter.

Baca juga: Mengenal Elon Musk, Pria di Balik SpaceX...

Pada 3 Juli lalu, komet ini mencapai perihelion terdekat dengan Matahari kemudian kembali mengorbit di Tata Surya. 

Fenomena ini tergolong langka. Pasalnya, komet Neowise tidak akan kembali mendekati Bumi dalam waktu 6.800 tahun.

Jika Anda berminat untuk mengabadikan fenomena langka ini, berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Baca juga: Viral Langit Merah di Muaro Jambi, Ada Apa?

Waktu terbaik 

Untuk wilayah Indonesia, fenomena ini dapat disaksikan mulai Minggu (19/7/2020) sore setelah matahari terbenam.

Menurut Lapan, waktu terbaik untuk mengamatinya yaitu pada Kamis (23/7/2020).

"Komet berkemungkinan baru bisa dilihat mulai 25 menit pasca-terbenamnya Matahari," kata astronom amatir Marufin Sudibyo sebagaimana dikutip Kompas.com, Selasa (14/7/2020).

Komet dapat disaksikan setelah matahari terbenam karena diperkirakan sudah lebih redup atau saat estimasi magnitudonya +3 hingga +4.

Artinya, mudah dilihat dengan teleskop kecil, tetapi relatif sulit dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan alat optik.

Namun, perlu diperhatikan bahwa ketinggian komet ini diperkirakan akan meningkat, tetapi magnitudonya akan terus menurun.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Berjemur di Bawah Sinar Matahari

Menemukan komet Neowise

Melansir ForbesJumat (17/7/2020), untuk mengabadikan fenomena langka ini, Anda membutuhkan langit yang bersih.

Langit yang bebas dari polusi cahaya juga akan membantu. 

Anda dapat memeriksa posisi tepat komet menggunakan perangkat lunak planetarium online.

Setel lokasi dan ketik "Comet C/2020 f3 (NEOWISE)" ke dalam kotak pencarian. Selain itu, dapat pula digunakan aplikasi seperti Night Sky dan SkySafari.

Untuk mengetahui posisi tepatnya dan memotretnya, salah satu cara terbaik adalah menggunakan teropong. 

Penggunaan teropong memungkinkan Anda memperoleh tangkapan yang lebih jelas, seperti ekor komet.

Baca juga: Langit Merah di Jambi Dikenal dengan Hamburan Rayleigh, Ini Penjelasannya

Peralatan yang dibutuhkan

Untuk memotret komet Neowise, Anda membutuhkan sebuah kamera dengan pengaturan manual, sehingga dapat diatur bukaan lensa, ISO, kecepatan pengatur cahaya (shutter speed), dan fokus.

Penggunaan lensa yang dapat diganti juga menjadi perangkat terbaik, yaitu seperti yang terdapat pada DSLR atau mirrorless.

Kemudian, Anda juga membutuhkan lensa dengan sudut lebar atau lensa zoom untuk menangkap fenomena ini lebih dekat jika menginginkan gamar astrofotografi yang lebih detail.

"Saya menggunakan campuran lensa dan juga teleskop celestron kecil milik saya," kata Astrofisika dan Astrofotografer David Blanchflower yang telah menangkap fenomena ini saat melewati wilayah tempatnya tinggal.

Baca juga: Lord Rayleigh, Penemu Fenomena Langit Merah seperti yang Terjadi di Jambi

Baca juga: Viral, Fenomena Awan Tsunami di Kepulauan Selayar, Ini Penjelasannya

Menggunakan smartphone

Jika tidak memiliki perangkat kamera yang mendukung, Anda masih dapat mencoba mengabadikan fenomena komet Neowise dengan kamera smartphone yang dimiliki.

"Apabila tidak memiliki pilihan lain, selalu gunakan tripod dan aplikasi yang membantu mengontrol ISO serta shutter speed. Atur exposure selama 20-30 detik dan tingkatkan ISO," kata kata Astrofotografer Ollie Taylor.

Dalam metode ini, menjaga fokus adalah hal utama.

"Jika telah memiliki tripod, umumnya, fotografer dengan smartphone akan menggunakan mode "cahaya rendah" atau "low light" dan mencoba fokus pada titik cahaya paling terang seperti bintang Capella," sambungnya.

Namun demikian, Taylor menyebut bahwa dengan menggunakan smartphone, gambar yang dapat dihasilkan bersifat sangat dasar, yaitu sebatas komet yang dideteksi.

"Layak dicoba, tetapi jangan terlalu berharap pada hasil yang mendetail," imbuhnya.

Baca juga: Viral, Foto Bumbu Indomie Goreng Ada 2 Macam, Ini Penjelasan Indofood

Memperoleh fokus dan ketajaman gambar

Terlepas dari perangkat apa pun yang digunakan, perhatikan fokus dan ketajaman dari gambar yang Anda tangkap.

Menurut Blanchflower, fokus yang baik merupakan hal penting dalam mengambil gambar komet ini.

"Saya menggunakan Capella untuk memperoleh fokus terbaik," ujarnya.

Capella sendiri merupakan bintang paling terang dalam konstelasi Auriga dan terdekat dengan komet Neowise.

Baca juga: Viral Gunung Sumbing Disebut Mengerikan karena Tertutup Awan Bertingkat

Melalui live view pada kamera, bentangkan hingga Capella, fokuskan, dan bentangkan kembali ke komet.

Cara lainnya adalah dengan menggunakan cahaya artifisial, seperti lampu jalan atau lampu rumah yang berjarak.

Adapun cara ketiga yaitu menggunakan fitur autofocus.

"Jika tidak ada pilihan lain, gunakan infinity focus. Cari simbol ∞ pada pengaturan kamera," kata Taylor.

Sementara itu, dalam hal ketajaman, menurut Taylor, untuk memperoleh ketajaman terbaik, Anda harus melakukan percobaan dengan pengaturan kamera yang dimiliki.

Baca juga: Viral Foto Awan Tebal di Langit Jakarta, Ini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com