Berbeda dari kalung "Shut Out", Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementan Fadjry Djufry mengatakan, kalung antivirus corona merupakan produk eucalyptus.
Produk tersebut dibuat dengan teknologi nano yang telah diluncurkan pada Mei 2020 lalu.
Sementara, proses izin untuk produk eucalytus dalam bentuk kalung ini masih diproses. Adapun, produk-produk lainnya sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
"Izin edar roll on dan inhaler dari BPOM sudah keluar. Sekarang lagi di produksi oleh PT Eagle Indhoparma, sedang kalung aroma terapi masih berproses," kata Fadjry, dilansir dari pemberitaan Kompas.com, 4 Juli 2020.
Menanggapi kalung itu, Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengaku tak melihat relevansi antara kalung antivirus dengan paparan virus corona.
"Saya tidak melihat relevansi yang kuat antara kalung di leher dengan paparan virus ke mata, mulut, dan hidung," kata Dicky.
Menurutnya, penularan Covid-19 terjadi melalui beberapa mekanisme, seperti droplet aerosol yang terhirup hidung atau melalui sentuhan ke mata dan mulut.
Meski eucalyptus diketahui memiliki potensi antiviral, tapi Dicky menyebut riset tersebut dalam bentuk spray dan filter. Itu pun baru pada jenis virus terbatas yang sudah umum, bukan Covid-19.
Karenanya, dia menganggap produksi eucalyptus yang ditujukan untuk mencegah virus corona terlalu dipaksakan dan berpotensi menimbulkan salah persepsi.
Baca juga: Klaim Kalung Antivirus Corona, Jangan Sampai Kewaspadaan Masyarakat Menurun
(Sumber: Kompas.com/Nur Rohmi Aida/Retia Kartika Dewi | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary/Sari Hardianto)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.