Daryono menyatakan, orang awam berkesimpulan gempa bumi hanya terjadi pada malam atau dini hari saja hingga akhirnya mengaitkannya dengan sesuatu.
Ia mengatakan, ini sama halnya dengan anggapan masyarakat bahwa banyak bencana terjadi setiap bulan Desember.
"Jawabannya ya cuma kebetulan saja. Tidak bisa di-othak-athik gathuk (dihubung-hubungkan), lalu pada malam hari saja yang waspada. Waspada itu ya harusnya sepanjang hari," papar Daryono.
Apalagi, bagi masyarakat yang memiliki rumah tidak tahan gempa, maka kewaspadaannya harus lebih tinggi.
"Sehingga penting sekali bangunan yang tahan gempa atau mitigasi struktural itu," jelas Daryono.
Saat disinggung mengapa dalam sepekan terakhir sering terjadi gempa bumi, Daryono mengatakan, hal ini juga hanya kebetulan.
"Iya (kebetulan). Dari 30 Juni lalu hingga 5 Juli 2020, setidaknya ada 11 gempa bumi yang dirasakan dengan kekuatan yang bervariasi," jelas dia.
"Jadi memang kita itu kan di daerah-daerah sumber gempa. kita memiliki 295 sesar aktif yang sudah dikenali. Yang belum dikenali masih banyak," lanjut Daryono.
Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia memiliki 13 generator gempa besar yang bernama segmentasi megathrust.
Segmentasi megathrust ini menjadi sumber gempa besar yang berada di laut selain juga bisa memicu tsunami.
"Kalau yang 295 sesar aktif tadi banyak yang di daratan, jadi dekat dengan rumah-rumah kita, perkantoran maupun sekolahan," kata Daryono.
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,1 di Selatan Jawa akibat Subduksi Lempeng Indo-Australia
Daryono mengimbau kepada masyarakat untuk waspada dan tidak boleh abai terhadap peningkatan frekuensi gempa pada akhir-akhir ini.
Dalam membangun rumah, karena berada di wilayah rawan gempa, sebaiknya diberi rangka besi.
"Jangan irit-irit campuran semennya. Jangan sekali-kali bangun rumah tidak memakai besi tulangan," kata dia.
"Jadi gempa itu tidak membunuh dan melukai, tetapi bangunan dengan kualitas rendah itu lah yang membunuh dan melukai," ujar Daryono.
Bagi masyarakat yang berada di pesisir pantai rawan tsunami, Daryono mengingatkan untuk tidak mendirikan rumah atau tempat usaha di bibir pantai. Perhatikan soal jarak aman dari pantai.
Jika terjadi tsunami, maka penghuni dari bangunan tersebut berisiko menjadi korban jika tidak segera menyelamatkan diri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.