Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Gempa Sering Terjadi pada Malam Hari? Ini Jawaban BMKG

Kompas.com - 05/07/2020, 19:02 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Tidak bisa dihubung-hubungkan

Daryono menyatakan, orang awam berkesimpulan gempa bumi hanya terjadi pada malam atau dini hari saja hingga akhirnya mengaitkannya dengan sesuatu.

Ia mengatakan, ini sama halnya dengan anggapan masyarakat bahwa banyak bencana terjadi setiap bulan Desember.

"Jawabannya ya cuma kebetulan saja. Tidak bisa di-othak-athik gathuk (dihubung-hubungkan), lalu pada malam hari saja yang waspada. Waspada itu ya harusnya sepanjang hari," papar Daryono.

Apalagi, bagi masyarakat yang memiliki rumah tidak tahan gempa, maka kewaspadaannya harus lebih tinggi. 

"Sehingga penting sekali bangunan yang tahan gempa atau mitigasi struktural itu," jelas Daryono. 

Saat disinggung mengapa dalam sepekan terakhir sering terjadi gempa bumi, Daryono mengatakan, hal ini juga hanya kebetulan.

"Iya (kebetulan). Dari 30 Juni lalu hingga 5 Juli 2020, setidaknya ada 11 gempa bumi yang dirasakan dengan kekuatan yang bervariasi," jelas dia.

"Jadi memang kita itu kan di daerah-daerah sumber gempa. kita memiliki 295 sesar aktif yang sudah dikenali. Yang belum dikenali masih banyak," lanjut Daryono.

Ia juga mengingatkan bahwa Indonesia memiliki 13 generator gempa besar yang bernama segmentasi megathrust.

Segmentasi megathrust ini menjadi sumber gempa besar yang berada di laut selain juga bisa memicu tsunami.

"Kalau yang 295 sesar aktif tadi banyak yang di daratan, jadi dekat dengan rumah-rumah kita, perkantoran maupun sekolahan," kata Daryono.

Baca juga: Gempa Magnitudo 5,1 di Selatan Jawa akibat Subduksi Lempeng Indo-Australia

Imbauan dari BMKG

Daryono mengimbau kepada masyarakat untuk waspada dan tidak boleh abai terhadap peningkatan frekuensi gempa pada akhir-akhir ini.

Dalam membangun rumah, karena berada di wilayah rawan gempa, sebaiknya diberi rangka besi.

"Jangan irit-irit campuran semennya. Jangan sekali-kali bangun rumah tidak memakai besi tulangan," kata dia.

"Jadi gempa itu tidak membunuh dan melukai, tetapi bangunan dengan kualitas rendah itu lah yang membunuh dan melukai," ujar Daryono.

Bagi masyarakat yang berada di pesisir pantai rawan tsunami, Daryono mengingatkan untuk tidak mendirikan rumah atau tempat usaha di bibir pantai. Perhatikan soal jarak aman dari pantai.

Jika terjadi tsunami, maka penghuni dari bangunan tersebut berisiko menjadi korban jika tidak segera menyelamatkan diri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Gaji Karyawan Dipotong 3 Persen Dana Tapera, Berlaku Mulai Kapan?

Gaji Karyawan Dipotong 3 Persen Dana Tapera, Berlaku Mulai Kapan?

Tren
Nomophobia dan Urgensi Detoks Dunia Digital

Nomophobia dan Urgensi Detoks Dunia Digital

Tren
Rincian Biaya Kuliah Universitas Mercu Buana 2024/2025

Rincian Biaya Kuliah Universitas Mercu Buana 2024/2025

Tren
Kisruh Penangkapan Pegi dan Penghapusan DPO Pembunuhan Vina, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polda Jabar

Kisruh Penangkapan Pegi dan Penghapusan DPO Pembunuhan Vina, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polda Jabar

Tren
Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Idul Adha 2024 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah

Tren
Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Berapa Lama Durasi Jalan Kaki untuk Mengecilkan Perut Buncit?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 28-29 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

[POPULER TREN] Tanda Kolesterol Tinggi yang Kerap Diabaikan | Bantah Bunuh Vina, Pegi Tetap Diancam Hukuman Mati

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Tren
Kekuasaan Sejarah

Kekuasaan Sejarah

Tren
Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Tren
Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Tren
Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Tren
Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Tren
Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com