Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Klaim Antivirus Corona, Epidemiolog: Menurunkan Kewaspadaan Masyarakat

Kompas.com - 05/07/2020, 18:15 WIB
Mela Arnani,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Menurutnya, klaim bahwa produk dari tumbuhan, termasuk jamu dapat sebagai obat Covid-19, ini tidak mempunyai dasar yang kuat.

"Klaim-klaim obat mau kalung, jamu, minuman ya jelas secara logis tidak masuk. Kalau sifatnya untuk meningkatkan imunitas, itu beda lagi, tidak berkaitan langsung dengan penanganan atau pengobatan Covid-19," ujar Dicky.

Baca juga: WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin dan Obat HIV pada Pasien Covid-19

Pihaknya menegaskan bahwa sampai saat ini belum ada obat untuk Covid-19. Penemuan obat secara khusus bagi Covid-19 membutuhkan waktu dan melalui perjalanan panjang.

Sementara saat ini, perawatan pasien menggunakan beberapa obat yang sudah ada. 

"Ini pun jalur cepat menggunakan obat-obat yang sudah ada, seperti redemsivir kan obat Ebola. Jadi bukan obat yang benar-benar baru," paparnya.

"Kalau obat yang benar-benar baru ya bisa 20 tahun lagi. Itupun tidak bisa langsung saja, perlu waktu untuk mendapatkan kombinasinya," lanjut dia.

Dicky yang telah terlibat dalam penanganan wabah hampir 18 tahun sejak SARS, HIC, dan flu burung ini berujar, obat Covid-19 yang efektif harus disesuaikan dengan bagaimana virus menginfeksi tubuh.

Namun, hal yang membuat sulit di antaranya adalah infeksi yang disebabkan Covid-19 tidak hanya satu cara saja, sehingga obat yang diperlukan juga harus mempunyai potensi kerja yang disesuaikan dengan virus.

"Sangat tidak mungkin obatnya itu hanya satu. Bedasarkan riset sampai saat ini, obat untuk mengobati Covid-19 itu multi drugs atau obat kombinasi. Kembali disesuaikan dengan bagaimana virus menginfeksi tubuh manusia," ujar dia.

Dicky menyampaikan, pemerintah tetap harus fokus pada strategi utama pengendalian pandemi Covid-19 yang telah terbukti secara ilmiah dan fakta menunjukkan keefektifannya.

Selain itu, diperlukan untuk meningkatkan testing, pelacakan kasus, hingga peningkatan fasilitas kesehatan.

Baca juga: Jumlah Infeksi Virus Corona Terus Meningkat, WHO Peringatkan untuk Lakukan Lockdown Lagi

Sementara, masyarakat perlu diedukasi dan diberikan sosialisai mengenai pencegahan virus melalui 3M (mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak fisik).

"Supaya masyarakat tidak bingung. Tidak salah dalam mengambil sikap," kata Dicky.

Dikhawatirkan klaim akan menurunkan kewaspadaan dari masyarakat untuk melakukan sikap-sikap pencegahan karena merasa aman.

"Tapi aman palsu. Ini terjadi di setiap pandemi," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com