KOMPAS.com - Masyarakat dunia termasuk di Indonesia saat ini tengah banyak mengikuti tren bersepeda di masa pandemi Covid-19.
Bersepeda dianggap bisa menjadi kegiatan menyenangkan dan menyehatkan badan.
Saking maraknya orang ingin bersepeda, banyak dari masyarakat yang rela antri di toko sepeda dan membuat pihak toko kewalahan memenuhi tingginya permintaan.
Lalu pertanyaanya, kenapa manusia mudah mengikuti tren?
Dikutip dari Psychology Today, hal ini dikarenakan psikologi sosial di mana manusia berpikir tentang sesuatu, lalu mempengaruhi orang lain, dan kehidupannya sangat berkaitan erat antar satu sama lain.
Penelitian menyebutkan, ternyata seorang individu tidak memiliki kendali atas pikiran dan perilaku seperti yang dia pikirkan.
Baca juga: 8 Ciri-ciri Orang Kreatif Menurut Psikologi Positif
Dalam penelitian yang dilakukan psikolog Perancis Serge Moscovici dan Marisa Zavalloni, seseorang akan menunjukkan sikapnya terhadap suatu hal lebih lantang jika menemukan orang lain juga menunjukkan sikap yang sama.
Sehingga jika mendapat penguatan dari orang lain, ia bisa lebih yakin dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.
Misalnya, seseorang ingin membeli ponsel bermerek seri terbaru hanya karena ingin. Kemudian ia bertemu dengan temannya yang juga ingin membeli ponsel yang sama.
Ketika terjadi komunikasi di antara keduanya, ada pertukaran informasi di sana. Misalnya, pendapat tentang ponsel, kelebihan yang dimiliki, mengapa harus membeli, dan sebagainya.
Secara psikologis, itu menambah keyakinan satu sama lain untuk merealisasikan keinginannya.
Baca juga: Ahli Psikologi Politik: Kondisi Psikologis Pengaruhi Penanganan Covid-19
Mungkin, jika ia tidak bertemu dengan orang lain yang juga memiliki keinginan yang sama, ia tidak jadi membeli ponsel itu. Apalagi, jika ia bertemu dengan orang yang memiliki pikiran bertolak belakang dengannya.
Selain itu, semakin banyak orang yang melakukannya, semakin populer sifat atau gagasan itu, maka akan semakin meyakinkan seseorang bahwa hal yang sama baik untuk diikuti dan dilakukan.
Alasan kedua mengapa orang lain sangat berpengaruh terhadap seseorang kembali lagi pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup.
Misalnya manusia purba yang berhasil bertahan hidup dengan membentuk kelompok.