Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Manusia Suka Mengikuti Tren? Ini Penjelasan Secara Psikologi

KOMPAS.com - Masyarakat dunia termasuk di Indonesia saat ini tengah banyak mengikuti tren bersepeda di masa pandemi Covid-19.

Bersepeda dianggap bisa menjadi kegiatan menyenangkan dan menyehatkan badan.

Saking maraknya orang ingin bersepeda, banyak dari masyarakat yang rela antri di toko sepeda dan membuat pihak toko kewalahan memenuhi tingginya permintaan.

Lalu pertanyaanya, kenapa manusia mudah mengikuti tren?

Dikutip dari Psychology Today, hal ini dikarenakan psikologi sosial di mana manusia berpikir tentang sesuatu, lalu mempengaruhi orang lain, dan kehidupannya sangat berkaitan erat antar satu sama lain.

Penelitian menyebutkan, ternyata seorang individu tidak memiliki kendali atas pikiran dan perilaku seperti yang dia pikirkan.

Dampak hidup dalam kelompok

Dalam penelitian yang dilakukan psikolog Perancis Serge Moscovici dan Marisa Zavalloni, seseorang akan menunjukkan sikapnya terhadap suatu hal lebih lantang jika menemukan orang lain juga menunjukkan sikap yang sama.

Sehingga jika mendapat penguatan dari orang lain, ia bisa lebih yakin dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.

Misalnya, seseorang ingin membeli ponsel bermerek seri terbaru hanya karena ingin. Kemudian ia bertemu dengan temannya yang juga ingin membeli ponsel yang sama.

Ketika terjadi komunikasi di antara keduanya, ada pertukaran informasi di sana. Misalnya, pendapat tentang ponsel, kelebihan yang dimiliki, mengapa harus membeli, dan sebagainya.

Secara psikologis, itu menambah keyakinan satu sama lain untuk merealisasikan keinginannya.

Mungkin, jika ia tidak bertemu dengan orang lain yang juga memiliki keinginan yang sama, ia tidak jadi membeli ponsel itu. Apalagi, jika ia bertemu dengan orang yang memiliki pikiran bertolak belakang dengannya. 

Selain itu, semakin banyak orang yang melakukannya, semakin populer sifat atau gagasan itu, maka akan semakin meyakinkan seseorang bahwa hal yang sama baik untuk diikuti dan dilakukan.

Alasan kedua mengapa orang lain sangat berpengaruh terhadap seseorang kembali lagi pada hakikat manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk bertahan hidup.

Misalnya manusia purba yang berhasil bertahan hidup dengan membentuk kelompok.

Peneliti dari University of Essex, Julia Coultas menyebut dengan bergabung dalam kelompok dan mengikuti perilaku mayoritas yang dilakukan oleh manusia dalam kelompok maka itu dapat mempertahankan kehidupan.

Misalnya ketika memilih makanan mana yang bergizi dan mana yang beracun.

Anggapan "benar"

Manusia cenderung berpikir apabila suatu hal dilakukan oleh orang lain, apalagi oleh kelompok mayoritas itu berarti adalah sesuatu yang benar, baik, menguntungkan, dan sebagainya.

Hal itu menjadi dasar penilaian akan suatu kebenaran.

Ini disebut sebagai prinsip pembuktian sosial yang banyak menentukan seseorang dalam mengambil keputusan, baik tentang apa yang harus dilakukan, dipikirkan, dikatakan, dibeli, dan sebagainya.

Misalnya dalam memakan daging steak dalam sebuah jamuan makan malam. Kita akan mengamati bagaimana cara orang lain memakannya, memotongnya, urut-urutannya, dan sebagainya.

Ketika kita melihat orang lain melakukannya, maka kita akan tumbuh keyakinan bahwa cara itulah yang benar dan bisa diikuti.

Dalam buku The Psychology of Persuasion karya psikolog Robert Cialdini bukti sosial ini disebut menjadi cara cepat seseorang untuk memutuskan bagaimana ia harus bertindak.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/04/121300065/kenapa-manusia-suka-mengikuti-tren-ini-penjelasan-secara-psikologi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke