Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efektifkah Penggunaan Masker Scuba untuk Pencegahan Virus Corona?

Kompas.com - 02/07/2020, 17:31 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wabah virus corona saat ini masih menjadi momok dunia. Sejumlah upaya terus dilakukan ratusan negara di dunia untuk mengatasi pandemi ini. 

Selain penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) serta gerakan cuci tangan dengan air sabun, perihal penekanan menjaga jarak dan penggunaan masker kerap didengungkan untuk menekan penyebaran wabah virus yang menyerang saluran pernapasan ini.

Penggunaan masker kain guna mencegah penularan virus corona membuat masker bedah (masker medis) tak lagi langka di pasaran.

Baca juga: Mengintip Masker Pintar Buatan Jepang yang Mendukung Panggilan Telepon

Adapun masker kain yang dianjurkan dipakai dan dibuat sendiri yakni dari bahan katun.

Sebab, berdasarkan penelitian dari Universitas Oxford, kain katun memiliki tingkat ketahanan dari penularan virus corona sebesar 70 persen.

Kendati demikian, untuk meningkatkan ketahanan proteksi dianjurkan memasukkan tisu yang dilipat menjadi tiga bagian di dalam masker kain tersebut.

Baca juga: Masih Perlukah Masker Saat Memakai Face Shield?

Masker scuba

Seiring berjalannya waktu, muncul masker yang terbuat dari bahan scuba atau kain yang dapat melar seperti kain spandeks.

Hingga saat ini, masker scuba telah banyak diperdagangkan dan dipakai oleh masyarakat.

Salah satu unggahan dari media sosial Twitter menyebutkan bahwa masker scuba bisa dicuci paling banyak 5 kali.

Baca juga: Meninggal karena Menggunakan Masker Saat Olahraga, Benarkah Demikian?

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Lantas, seberapa efektifkah masker scuba untuk pencegahan penularan virus corona?

Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, Bayu Satria Wiratwama mengungkapkan penggunaan masker scuba tidak ada batasan maksimal pencucian.

Namun, yang perlu diperhatikan adalah masker dicuci setelah digunakan seharian.

"Untuk maksimal cuci ini kaitannya sama ketahanan kain. Kalau terkait kesehatan tidak ada maksimal (pencucian), tapi sebaiknya minimal sehari sekali dicuci atau ketika kotor langsung ganti dan cuci," ujar Bayu saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/7/2020).

Saat disinggung terkait jahitan pada masker scuba pada bagian luar dan dalam, Bayu menjelaskan tidak ada persoalan.

Yang terpenting dalam penggunaan masker yakni maskernya rapat di mana tidak ada lubang bekas jahitan yang memungkinkan udara luar bisa tembus masuk ke dalam masker.

Baca juga: Ilmuwan Harvard Kembangkan Masker yang Mampu Deteksi Virus Corona

Jenis masker

Masker Kain Disinfektor Lapis Tembaga Anti Covid-19LIPI Masker Kain Disinfektor Lapis Tembaga Anti Covid-19

Mengenai pemilihan masker, baik masker scuba dan masker kain katun, menurutnya sama-sama bagus.

"Sama-sama masker non medis jadi hanya beda sedikit keefektifannya, yang penting pemakaian benar dan rapet, karena yang sering terjadi adalah pakai masker tapi melorot, hidung kelihatan, longgar, tidak rapat menutupi, kalau sudah kotor tidak langsung dicuci," kata dia.

Untuk masker kain yang dapat dibuat sendiri di rumah, Bayu mengimbau agar bahan katun yang digunakan dapat untuk mencegah penularan virus jika penggunaannya benar.

Sebab, tes yang dilakukan semuanya berbasis laboratorium bukan penelitian di komunitas atau menggunakan sampel banyak.

Baca juga: Ayo Disiplin, Berikut Alasan Mengapa Harus Tetap Menggunakan Masker Saat Pandemi Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com