Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Takut, Ilmuwan Akui Aman Gunakan Wadah Reusable di Restoran Saat Pandemi

Kompas.com - 29/06/2020, 06:13 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Orang-orang khawatir dengan makin banyaknya sampah plastik tapi juga khawatir terkontaminasi virus Covid-19 jika menggunakan wadah makan reusable (wadah yang dapat digunakan kembali).

Selama pandemi Covid-19, peningkatan kebutuhan untuk APD (alat pelindung diri) dan penggunaan peralatan sekali pakai di restoran telah berkontribusi terhadap peningkatan limbah plastik.

Ada orang-orang yang berpikir bahwa menggunakan wadah makanan dan minuman reusable tidak higienis di tengah pandemi.

Di tengah kekhawatiran itu para ilmuwan memberikan jawaban.

Dilansir The Independent, Senin (22/6/2020), 119 ilmuwan dari 18 negara mengatakan wadah yang dapat digunakan kembali tidak meningkatkan kemungkinan penularan virus.

Para ahli mengatakan aman untuk menggunakan wadah yang dapat digunakan kembali selama pandemi jika mereka dicuci dengan benar.

Baca juga: Bertambah 74 Pasien Baru, Kalsel Tembus 3.000 Kasus Corona

Aman jika dicuci bersih

Wadah tersebut termasuk gelas, botol, dan toples. Baik untuk makanan, minuman, dan bahan makanan lainnya, selama mereka dicuci bersih.

Para ilmuwan yang menyetujui termasuk ahli epidemiologi, ahli virus, ahli kimia, ahli biologi, dan dokter.

Mereka menyatakan bahwa sesuai dengan pedoman kesehatan masyarakat, wadah yang dapat digunakan kembali dapat digunakan saat dibersihkan secara efisien.

Seorang profesor kimia di Oxford University Charlotte Williams menyatakan harapannya bahwa pandemi ini akan menginspirasi anggota masyarakat untuk berjuang lebih jauh untuk menyelesaikan masalah polusi plastik.

"Saya berharap kita bisa keluar dari krisis Covid-19 lebih sunguh-sungguh daripada sebelumnya, untuk menyelesaikan masalah berbahaya terkait dengan plastik di lingkungan," kata Williams.

Baca juga: [VIDEO] Teori-teori Konspirasi Sesat Seputar Virus Corona

Seorang juru kampanye Greenpeace UK Nina Schrank menjelaskan bahwa meski pandemi telah mengubah banyak rutinitas mereka, masih penting untuk mempertahankan keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

“Semakin banyak dari kita memiliki gelas dan botol yang dapat digunakan kembali (reusable) untuk mengurangi plastik yang dibuang dan melindungi satwa liar, laut, dan sungai kita,” kata Ms Schrank.

Pada 2018, lebih dari 40 bisnis besar berjanji untuk memberantas plastik sekali pakai dari kemasan sebagai bagian dari Pakta Plastik UK. Ini merupakan inisiatif pertama dari jenisnya.

Sebuah jajak pendapat dari 2.000 orang dewasa yang diterbitkan pada September 2019 menyimpulkan bahwa tujuh dari 10 orang berpikir harus ada larangan penuh pada barang-barang plastik sekali pakai seperti botol air dan sedotan.

Kemudian pada Oktober 2019 dilaporkan bahwa lebih banyak botol air plastik dijual di Inggris daripada sebelumnya.

Baca juga: Update Corona 28 Juni, Lebih dari 10 Juta Orang Terinfeksi Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com