Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Coba Vaksin Virus Corona pada Manusia Dimulai di Inggris

Kompas.com - 25/06/2020, 14:05 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Sumber BBC

Oleh karena itu, harus melatih sistem kekebalan untuk mengenali dan melawan corona virus tanpa harus mengembangkan Covid-19.

Karena hanya sejumlah kecil kode genetik yang digunakan dalam vaksin Imperial maka menunjukkan perkembangan berarti.

Baca juga: Update Covid-19, Pengiriman Sampel Virus, dan Pengembangan Vaksin di Indonesia...

Tim Imperial menyebutkan, satu liter bahan sintetisnya akan cukup untuk menghasilkan dua juta dosis.

Dosis-dosis tersebut telah diproduksi di Amerika Serikat, tetapi akhir tahun ini manufaktur beralih ke Inggris sehingga jika dan ketika perlu diproduksi secara massal, dapat dilakukan di sini.

Semua uji klinis dimulai dengan hati-hati dan perlahan untuk mengurangi risiko keamanan.

Ketika vaksin Oxford dimulai pada April 2020, hanya dua sukarelawan yang diimunisasi pada hari pertama. 

Sifat unik dari vaksin Imperial berarti bahwa hanya satu sukarelawan akan diimunisasi pada hari pertama, diikuti oleh tiga lagi setiap 48 jam. Setelah sekitar satu minggu, angka akan perlahan-lahan meningkat.

Baca juga: Saat Indonesia Disebut Bisa Jadi Hotspot Virus Corona Dunia...

Berbeda dengan vaksin Oxford yang menggunakan satu dosis, sukarelawan dalam uji coba Imperial akan mendapatkan dua suntikan, terpisah selama empat minggu.

Profesor Shattock dan timnya mengatakan, tidak ada masalah keamanan soal vaksini ini karena hanyalah pembaruan dari pendekatan yang digunakan selama ini dan mereka melanjutkannya dengan hati-hati.

Ada lebih dari 120 vaksin corona virus yang tengah dalam pengembangan awal di seluruh dunia.

Sementara itu, 13 vaksin berada dalam uji klinis, yaitu 5 di China, 3 di Amerika Serikat, 2 di Inggris, dan masing-masing 2 di Australia, Jerman, dan Rusia.

Untuk mendapatkan dosis yang cukup untuk seluruh dunia, perlu sejumlah uji vaksin yang berhasil.

"Kami telah dapat menghasilkan vaksin dari awal dan membawanya ke percobaan manusia hanya dalam beberapa bulan," kata Profesor Shattock.

"Jika pendekatan kami berhasil dan vaksinnya memberikan perlindungan efektif terhadap penyakit, itu dapat merevolusi cara kami merespons wabah penyakit di masa mendatang," lanjut dia.

Baca juga: Vaksin Pertama Covid-19 Mungkin Tak Membuat Kebal pada Infeksi

Kepala penelitian ini, Dr Katrina Pollock, menyebutkan, ia tidak akan mengerjakan uji coba ini jika tidak merasa optimistis melihat respons imun yang baik pada peserta uji coba.

"Data pra-klinis tampak sangat menjanjikan. Kami mendapatkan respons antibodi penetral yang merupakan respons kekebalan yang ingin Anda lindungi dari infeksi. Tetapi masih ada jalan panjang untuk mengevaluasi vaksin ini," ujar dia.

Penelitian ini didanai sebesar 41 juta poundsterling dari Pemerintah Inggris dan 5 juta poundsterling dari sumbangan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com