Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

21 Hari Tanpa Kasus Baru Virus Corona di Selandia Baru...

Kompas.com - 12/06/2020, 16:20 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selandia Baru tak melaporkan adanya kasus baru infeksi virus corona selama 21 hari terakhir atau tiga pekan ini.

Hal ini dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Selandia Baru.

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian juga mengonfirmasi bahwa 10 dari 16 klater dengan jumlah kasus besar telah ditutup.

Adapun, penutupan 10 klaster itu dilakukan setelah 28 hari sejak kasus terakhir tak lagi menjalani karantina atau perawatan.

Kementerian juga telah melakukan 2.950 tes sehingga kini total tes yang dilakukan di Selandia Baru sebanyak 304.832.

Negara ini masih akan melanjutkan tes virus corona. Menurutt data aplikasi NZ Covid Tracer seperti dikutip dari RNZ, ada 4.000 pendaftar baru sehingga total pendaftar saat ini sekitar 550.000.

Baca juga: Longgarkan Lockdown, Restoran dan Kafe di Selandia Baru Buka Kembali Termasuk McDonalds dan KFC

Kasus yang dikonfirmasi di Selandia Baru hingga saat ini ada sebanyak 1.154. Dari jumlah itu, sebanyak 21 orang meninggal dunia. 

Melansir BBC, 9 Juni 2020, Selandia Baru telah mencabut hampir semua pembatasan di negaranya.

Di bawah aturan baru, jarak sosial tak diberlakukan, tak ada pembatasan publik, tetapi negara ini tetap menutup akses masuknya orang asing.

Selain itu, semua sekolah dan tempat bekerja kembali dibuka.

Pernikahan, pemakaman, dan transportasi umum diperbolehkan tanpa pembatasan.

Penguncian di Selandia Baru dilakukan pada 25 Maret 2020 dengan mengaktifkan level empat skala peringatan di mana sebagian besar bisnis tutup dan orang-orang diminta tetap berada di rumah.

Setelah lima minggu, skala menjadi level tiga pada April 2020. Saat itu, toko makanan dan beberapa bisnis telah dibuka kembali.

Pada pertengahan Mei 2020, ketika kasus terus menurun, akhirnya negara ini berpindah ke level dua.

Baca juga: Kabar Baik, Semua Pasien Covid-19 Selandia Baru Sudah Pulang dari RS

Sementara, perpindahan ke level satu yang awalnya direncanakan pada 22 Juni 2020 diajukan lantaran tak ada lagi kasus baru.

“Sementara, kita berada di posisi yang lebih aman, lebih kuat, masih belum ada jalan yang mudah untuk kembali ke kehidupan pra-Covid. Tetapi tekad dan fokus yang kita miliki pada respons kesehatan kita sekarang akan menjadi hal dalam pembangunan kembali ekonomi kita," kata Perdana Menteri Jacinda Ardern.

Melansir dari The Guardian, meski telah melonggarkan pembatasan, ada sejumlah langkah yang diambil Selandia Baru dalam melindungi kesehatan warganya dalam jangka panjang.

Beberapa langkah yang diambil sebagai berikut:

  1. Menetapkan penggunaan masker bagi umum dalam pengaturan tertentu.
  2. Meningkatkan efektivitas pelacakan kontak dengan alat digital.
  3. Menerapkan pendekatan berbasis sains untuk manajemen perbatasan.
  4. Membentuk badan kesehatan publik nasional yang berdedikasi
  5. Berkomitmen pada perubahan transformasional untuk menghindari ancaman global utama.

Baca juga: Melihat Penerapan New Normal di Vietnam, Jerman, dan Selandia Baru

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Panduan pencegahan virus corona di tempat kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

3 Artefak Langka Majapahit Ditemukan di AS, Nilainya Rp 6,5 Miliar

Tren
Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Penjelasan Kemenpora dan MNC Group soal Aturan Nobar Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com