Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Kekerasan terhadap Selebgram Aska Ongi, Mengapa KDRT Bisa Terjadi?

Kompas.com - 01/06/2020, 09:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kembali mencuat dan menarik perhatian masyarakat Indonesia. Kali ini, kasus tersebut dialami oleh Aska Ongi.

Aska Ongi, seorang selebgram, mengaku bahwa dirinya menerima tindak kekerasan dari Aliff Alli, seorang aktor berkebangsaan Malaysia.

Melansir Grid.id (21/5/2020) Keduanya memang sempat membina hubungan rumah tangga bersama. Aska mengungkapkan bahwa dirinya menjadi korban KDRT oleh Aliff saat kehamilannya berusia 4 bulan.

Kini Aska tengah mengurus kasus dugaan KDRT yang dilakukan oleh Aliff saat masih menjadi suaminya.

Pada hari Rabu (20/5/2020), Aska didampingi kuasa hukumnya, pengacara Sunan Kalijaga menyambangi Polda Metro Jaya.

Baca juga: Dampak Baru Covid-19: Meningkatnya Angka KDRT di Berbagai Negara

Mengapa KDRT bisa terjadi?

Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim, alasan orang melakukan KDRT pada saat telah membangun hubungan rumah tangga adalah karena tidak ada lagi "rem" yang membatasi.

"Sebelumnya kadang-kadang mereka tidak berani melakukan hal tersebut, karena masih ada satu yang nge-rem yaitu bahwa orang yang dekat itu hilang atau pergi.  Bisa juga khawatir akan mendapat ketidaksetujuan dari orang tua (calon pasangan). Jadi ada "rem" yang bisa membatasi dirinya," kata Rose Mini saat dihubungi Kompas.com (31/5/2020).

Rose Mini, yang biasa disapa Romy, menyebut bahwa setelah menikah "rem" tersebut hilang. Karena pelaku berpikir bahwa istri atau suami-nya sudah dia miliki.

KDRT biasanya juga dilakukan oleh orang yang mempunyai power kepada orang yang tidak mempunyai power. Dalam rumah tangga, bila istri atau suami mengalami ketimpangan relasi maka salah satu pihak akan merasa bisa berbuat seenaknya.

Terkait masalah cinta, Romy menyebut bahwa pelaku KDRT terkadang menyebut bahwa mereka masih mencintai pasangannya.

Namun, mereka sudah kehilangan "rem" untuk menahan amarah yang dimiliki.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Kasus KDRT di Dunia Meningkat akibat Covid-19

Apakah KDRT bisa disembuhkan?

Menurut Romy, perilaku KDRT kemungkinan masih bisa disembuhkan. Asalkan, pelakunya mendapat penanganan yang baik dan tepat.

"Dengan cara melakukan manajemen diri terhadap kemarahan atau anger management. Bagaimana cara penyaluran marah yang baik itu seperti apa," jelas Romy.

Menurut dia, banyak pelaku KDRT karena tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

"Pada kehidupan rumah tangga, orang harus memiliki kemampuan asertif yakni menyatakan perasaan, pikiran, dan keinginannya tanpa menyakiti orang lain. Jadi, orang bisa menyatakan pikiran seperti 'Saya nggak suka ya, saya nggak mau' tanpa perlu marah atau dengan menyakiti orang lain," kata Romy.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com