Kritik keras untuk pemerintah dan otoritas di semua tingkatan dan pengingat bagi kita semua terkait kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan.
Longgarnya kedisiplinan kita menerapkan protokol kesehatan dan lemahnya penegakan atas aturan itu membuat kita perlu berpikir ulang jika hendak melakukan sejumlah relaksasi.
Seperti diketahui, pekan lalu, pemerintah berwacana hendak melonggarkan aktivitas di luar rumah untuk mereka yang berusia di bawah 45 tahun khususnya di 11 bidang kegiatan.
Meskipun belum dieksekusi, ruang relaksasi ini disambut riang cenderung gegabah. Kerumunan di terminal 2 pekan lalu hanya gambaran kecil yang terpotret.
Pekan lalu, ketika saya harus keluar rumah untuk urusan yang tidak bisa dikerjakan dari rumah, saya mendapati hal serupa di sejumlah tempat. Pasar, trotoar dan jalan yang dijadikan ruang jualan ramai dan memunculkan kemacetan. Orang sembrono tidak menjaga jarak dan beraktivitas di luar rumah tanpa masker.
Sepanjang jalan melintasi ruas jalan itu, tidak terlihat ada penindakan untuk ketidakdisiplinan ini.
Belum jika kita kumpulkan "kisah sukses" mudik mereka yang nekat dan tanpa hambatan di jalan serta diam-diam. Yang tertangkap dan diberitakan media adalah "kisah gagal" mudik.
Saat hampir bersamaan, pekan lalu, kita mendapati penambahan jumlah kasus positif Covid-19 tertinggi sejak 2 Maret 2020. Ada penambahan 689 kasus positif dalam sehari pada 13 Mei 2020. Angka ini tampaknya tidak membuat gentar sehingga menerapkan protokol kesehatan lebih disiplin.
Pemerintah menjelaskan terjadinya lonjakan itu karena beberapa hal yang masuk akal. Namun, tetap saja, lonjakan itu membuat kita khawatir dengan wacana relaksasi di tengah rendahnya disiplin penerapan protokol kesehatan serta lemahnya penagakan atas disiplin itu.
Saya bisa menerima kenapa pintu relaksasi diwacanakan dibuka yaitu alasan ekonomi yang sangat penting juga untuk hidup kita. Yang tidak bisa saya terima adalah sembrononya kita menerapkan protokol kesehatan di tengah masih tingginya ancaman penyebaran Covid-19.
Nyaris tiga bulan mengubah perilaku karena Covid-19 ternyata tidak jadi kebiasaan. Ada yang salah dengan cara kita belajar. Semoga kamu tidak demikian dan menjadi pengingat untuk teman-temanmu yang tidak belajar.
Karena itu, mendengar wacana beberapa menteri lewat zoom meeting terkait relaksasi dan wacana berdamai dengan Covid-19, saya menjadi khawatir. Cukup keras saya dan sejumlah pemimpin redaksi meminta agar disiplin menerapkan protokol kesehatan dijalankan dan ditegakkan.
Pemerintah tetap ingin menjaga kesehatan fisik dan mental masyarakat sambil tetap bisa menggerakan ekonomi setidaknya untuk hal-hal dasar. "Asap dapur" jangan sampai hilang. Begitu permintaan para pengusaha di tengah pandemi yang telah telak memukul dua bulan ini.
Kebijakan relaksasi di sejumlah negara setelah sebelumnya melakukan kebijakan lockdown tampaknya menginspirasi pemerintah kita juga. Tetapi perlu dicatat kondisi dan disiplin warganya berbeda.