Untuk itu, tugas-tugas sekolah tidak harus mengacu pada kurikulum saja, tetapi juga tugas kreatif, seperti menceritakan dan menuliskan esai atau puisi tentang pengalaman dalam menghadapi Covid-19.
Kak Seto menyebut tugas kreatif itu menjadikan anak sebagai pencipta dan bagian dari tugas, bukan sekedar penerima.
"Baik tugas-tugas yang diberikan pada siswa maupun evaluasi itu lebih ditekankan pada prinsip-prinsip merdeka belajar. Jadi anak-anak bukan sekedar menerima, tapi dipancing optimisme mereka sebagai pencipta," jelas dia.
"Misalnya, berbicara tentang pahlawan Indonesia, anak-anak bisa diajak membuat esai, puisi, atau apa saja misalnya, lebih fleksibel dan dilihat dinamika kreatifitasnya," tambahnya.
Menurut Kak Seto, anak-anak akan lebih senang jika dipancing untuk mengeluarkan pengalaman-pelangannya dan tidak membuat mereka stres.
Tugas-tugas kurikulum yang berat dilakukan dari rumah juga bisa menyebabkan phobia terhadap sekolah dan belajar.
"Padahal pemahaman yang harus diingat adalah semua anak pada dasarnya senang belajar. Senang belajar bukan sekedar jadi robot," tutur dia.
Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak