Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Rumah, Kurikulum Darurat dan Anjuran Kak Seto...

Kompas.com - 27/04/2020, 07:07 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hampir dua bulan pandemi virus corona di Indonesia, beragam kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Salah satu kebijakan yang diambil adalah menerapkan belajar dari rumah sejak pertengahan Maret lalu dan berpotensi akan terus diperpanjang hingga wabah virus corona mulai redah.

Namun, beragam keluhan bermunculan, baik dari orang tua maupun siswa yang terbebani dengan banyaknya tugas yang diberikan.

Baca juga: Berikut Cara Mengatur Konsumsi Air Putih 8 Gelas Sehari Saat Puasa Ramadhan

Kepala Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau akrab dipanggil Kak Seto mengatakan, kondisi darurat saat ini tak bisa dihindarkan.

Agar tidak memberatkan siswa, Kak Seto meminta agar pemerintah membuat kurikulum darurat dan segera melakukan evaluasi.

"Jadi mohon ada semacam kurikulum darurat atau evaluasi darurat. Mungkin sekarang ini supaya tidak memberatkan siswa, mohon kita tidak terlalu kaku dengan terget kurikulum atau istilahnya SKL (standar kurikulum lulusan)," kata Kak Seto saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/4/2020).

Menurutnya, dalam kondisi seperti ini fleksibilitas kurikulum atau ide merdeka belajar harus benar-benar dipenuhi.

Baca juga: Pendaftaran 8 Sekolah Kedinasan Diundur karena Virus Corona, Mana Saja?

 

Diminta tugas kreatif

Seorang tenaga medis mengenakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan penyemprotan di sebuah sekolah Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.KOMPAS.COM/AFDHALUL IKHSAN Seorang tenaga medis mengenakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan penyemprotan di sebuah sekolah Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Untuk itu, tugas-tugas sekolah tidak harus mengacu pada kurikulum saja, tetapi juga tugas kreatif, seperti menceritakan dan menuliskan esai atau puisi tentang pengalaman dalam menghadapi Covid-19.

Kak Seto menyebut tugas kreatif itu menjadikan anak sebagai pencipta dan bagian dari tugas, bukan sekedar penerima.

"Baik tugas-tugas yang diberikan pada siswa maupun evaluasi itu lebih ditekankan pada prinsip-prinsip merdeka belajar. Jadi anak-anak bukan sekedar menerima, tapi dipancing optimisme mereka sebagai pencipta," jelas dia.

"Misalnya, berbicara tentang pahlawan Indonesia, anak-anak bisa diajak membuat esai, puisi, atau apa saja misalnya, lebih fleksibel dan dilihat dinamika kreatifitasnya," tambahnya.

Menurut Kak Seto, anak-anak akan lebih senang jika dipancing untuk mengeluarkan pengalaman-pelangannya dan tidak membuat mereka stres.

Tugas-tugas kurikulum yang berat dilakukan dari rumah juga bisa menyebabkan phobia terhadap sekolah dan belajar.

"Padahal pemahaman yang harus diingat adalah semua anak pada dasarnya senang belajar. Senang belajar bukan sekedar jadi robot," tutur dia.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

 

Panduan belajar di rumah

Belajar di rumah dilakukan oleh salah satu siswi Fatih Puteri Bilingual, Banda Aceh.DOK. FATIH SCHOOL ACEH Belajar di rumah dilakukan oleh salah satu siswi Fatih Puteri Bilingual, Banda Aceh.

Karenanya, Kak Seto meminta semua pihak untuk membantu anak-anak dan orang tua dalam menemukan proses pembelajaran yang lebih bermakna.

Selain itu, ia juga berharap agar Kementerian Pendidikan mengeluarkan panduan belajar dalam menghadapi situasi seperti ini.

"Kita kan sudah menemukan seorang Mas Menteri yang telah menecetuskan ide merdeka belajar, itu betul-betul harus dipraktikkan dan dirasakan," kata dia.

"Belajar itu harus mengasyikkan dan menyenangkan, tapi bukan sekedar kamu bikin ini-ini. Kadang kan anak enggak ngerti, orang tua juga lupa. Jadi siapa pun akan bingung," tutupnya.

Baca juga: Bukan Sekolah Tiga Hari, Ini Penjelasan Lengkap Kak Seto

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com