Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita dari Norwegia, Kisah WNI Jalani Ibadah Puasa 16,5 Jam hingga 19,5 Jam

Kompas.com - 26/04/2020, 15:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cerita ini datang dari salah satu kota pelabuhan di Pantai Barat Norwegia, Haugesund.

Cerita tentang bagaimana Muslim di Norwegia menjalankan ibadah puasa saat musim semi dan di tengah pandemi virus corona.

Ini kisah yang dibagikan salah seorang warga negara Indonesia (WNI) yang menetap di sana, Savitry Khairunnisa (43), biasa disapa Icha. 

*****

Icha sudah menetap di Norwegia sejak 2009 karena mengikuti suaminya yang bertugas di sana.

Durasi puasa di Haugesund, kota tempatnya tinggal, lebih pendek jika dibandingkan wilayah di Norwegia Utara yang bisa mencapai 20 jam.

Saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/4/2020), Icha mengatakan, durasi puasa tahun ini lebih pendek daripada tahun-tahun sebelumnya.

Biasanya, Muslim di belahan bumi utara menjalani puasa hingga 20 jam pada musim panas (Juni-Juli).

Tahun ini, sekitar 16,5-19,5 jam, dimulai sejak sekitar pukul 22.00 waktu setempat.

Ketika berpuasa selama 20 jam, matahari tidak benar-benar terbenam bahkan hingga tengah malam.

Semakin mendekati Kutub Utara, semakin panjang durasi puasanya.

Baca juga: Kisah Muslim Berbagai Negara Menjalankan Puasa di Tengah Pandemi Virus Corona...

Puasa di tengah pandemi virus corona

Bagaimana suasana puasa selama masa pandemi virus corona seperti saat ini?

Norwegia telah menerapkan lockdown sejak 12 Maret 2020. Banyak hal yang berubah karena adanya pembatasan.

Icha menyebutkan, hal ini turut berpengaruh pada pasokan bahan makanan dari Asia.

Karena pandemi virus corona, pasokan bahan baku dari Asia terhenti.

Dia mengatakan, bahan-bahan masakan seperti lengkuas, serai, kangkung, dan bahan makanan lainnya tidak ada selama beberapa minggu ini. 

Meski di rantau, Icha selalu menghadirkan menu-menu Nusantara untuk santapan keluarganya. Ia juga kerap berbagi resep masakan di Instagram-nya, @ichasavitry

"Kami biasa berbuka dengan air dan kurma, kemudian shalat maghrib, baru setelah itu makan malam," ujar Icha saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/4/2020).

Sementara itu untuk sahur, menu yang disajikan seperti halnya di Indonesia, nasi dan berbagai lauknya.

"Karena berbuka sudah cukup larut, maka kami makan dengan porsi kecil saja. Baru makan cukup besar ketika sahur," kata ibu satu anak, yang juga penulis buku ini.

Pada dua hari pertama puasa, putranya, Fatih (13), masih belum terbiasa saat dibangunkan untuk santap sahur..

"Ngapain aku bangun tengah malam, ya?" kata Icha menirukan perkataan Fatih.

Baca juga: Ramadhan di Tengah Pandemi Corona, Persiapan Muslim di Inggris Beribadah Saat Lockdown

WNI di Norwegia Savitry Khairunnisa bersama anaknya, FatihSavitry Khairunnisa WNI di Norwegia Savitry Khairunnisa bersama anaknya, Fatih
Icha menceritakan, muslim di Norwegia sekitar 6 persen dari total populasi negara itu yang berjumlah 5 juta jiwa.

Sebagian besar muslim di Norwegia adalah para pendatang atau imigran dari negeri-negeri Arab dan Benua Afrika.

Setiap Ramadhan, masjid-masjid di Norwegia biasanya dipenuhi dengan jemaah yang berbuka puasa bersama hingga menjalankan tarawih sampai tengah malam.

Tidak ada tradisi khusus soal ini. Seperti negara-negara lainnya, muslim di Norwegia selalu menyediakan iftar (makanan berbuka) dan jamuan makan malam gratis selama Ramadhan.

Orang-orang menyumbang makanan dengan sukarela dan biasanya ada daftar siapa saja yang akan menyumbang hidangan tersebut.

Namun, karena pandemi virus corona, sejak peneraoan lockdown, Islamsk Råd Norge (IRN), MUI-nya Norwegia, mengeluarkan fatwa meniadakan shalat berjamaah di masjid.

Masjid-masjid di seluruh Norwegia ditutup. Pemerintah menginstruksikan untuk meniadakan kerumunan, termasuk perkumpulan agama apa pun.

Icha mengaku merindukan Ramadhan di Indonesia dengan semua kemeriahannya.

Hal yang dirindukan itu seperti jalanan yang penuh dengan penjual makanan berbuka puasa, berbuka bersama keluarga besar, shalat berjamaah di masjid yang selalu ramai, dan sebagainya.

Baca juga: Warga Muslim Inggris Buka Bersama Massal Lewat Zoom dan Facebook

Dampak Covid-19 

Kepada Kompas.com, Icha juga menceritakan situasi dan suasana di Norwegia setelah penerapan lockodown karena dampak virus corona.

Di sana, seperti halnya di Indonesia, semua sekolah tutup, mayoritas pekerja bekerja dari rumah, kecuali para key workers.

Mereka yang termasuk key workers adalah petugas medis, polisi, militer, pekerja pos, supir bus, taksi, pekerja toko bahan makanan, apoteker.

"Banyak hal berubah. Yang jelas kota kami semakin sepi. Pemerintah melarang semua kegiatan berkumpul dan keramaian," ujar Icha.

Orang-orang hanya diperbolehkan keluar untuk belanja bahan makanan atau obat-obatan dan berolahraga dengan maksimal 5 orang dalam satu grup.

Perubahan yang juga dirasakan banyak orang adalah perekonomian yang lesu dan jumlah pengangguran meningkat.

"Masyarakat Norwegia tertib, patuh, dan disiplin menjalani perintah lockdown karena pemerintah sepenuhnya menjamin seluruh kebutuhan masyarakat melalui paket-paket stimulus ekonomi dan keringanan pembayaran," kata dia.

Untuk mengisi waktu di rumah selama penguncian, Icha biasanya membaca berita perkembangan di dunia serta Tanah Air, dan aktif menulis di media sosial.

Di sana, dia berbagi cerita soal keseharian, topik mengenai parenting, pendidikan di Norwegia, dan resep masakan.

Baca juga: Wali Kota New York Distribusi 500.000 Makanan Halal untuk Muslim di Bulan Ramadhan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com