Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pasien Covid-19 Cenderung Menutupi Riwayat Penyakitnya kepada Petugas Kesehatan?

Kompas.com - 24/04/2020, 09:31 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penularan virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 masih terus meluas di Indonesia. Adapun penularan ini dapat terjadi melalui droplets pasien positif Covid-19 yang terhirup orang lain atau masuk ke dalam tubuh orang lain.

Oleh karena itu, penyampaian informasi terkait orang dengan virus corona sangatlah penting untuk menekan jumlah penyebaran virus yang menyerang saluran pernapasan ini.

Salah satu pengguna Twitter @dutasampolaiin, mengunggah kisah akun Instagram @tasyaist terkait ibunya yang menjadi korban ketidakjujuran pasien Covid-19 dalam menceritakan riwayat perjalanan pasien.

Baca juga: Kenali Tanda dan Gejala Infeksi Virus Corona pada Anak-anak

Baca juga: Viral Video Driver Ojek Online Naik Kuda Putih di Jalan Raya

"Jadi, mamaku itu perawat di salah satu RSUD, dan beliau ditempatin di UGD. Kalian tau kan sekarang lagi heboh covid-19. Nah mama aku jadi garda terdepan sebelum pasien bisa didiagnosis kena covid-19 atau enggak. Beliau yg nerima pasien paling awal, baru nanti dianter cek darah, foto dan segala macem.

Ini tadi mama ku dapet pasien, keluhan pasiennya adalah diabetes doang dan batuk ringan. Jadi setiap pasien yg batuk itu selalu ditanya 'habis berpergian ke luar kota nggak?'. Lah pasien ini bilang enggak. Terus yaudah mamaku sama perawat lain nggak pake APD, cuma pake masker, buat nanganin tu pasien. Karna APD khusus buat perawat yg nanganin covid-19. (kalian tau susahnya dapet APD, bahkan RS besar sekalipun).

Temennya mamaku itu bagian ambil darah pasien, dan mamaku yg anter pasien ke ruang foto buat foto paru.

Setelah selesai tes darah sama foto, ternyata pasien itu positif covid-19.

Kalian tau nggak orangnya itu, udah pernah cek di RS Surabaya, tapi gak percaya sama hasil tes di Surabaya tadi. Akhirnya dia cek lagi di RSUD-nya mamaku tadi. Dan itu pasiennya td gak bilang apapun. Gak bilang kalo habis dari Surbaya, gak bilang kalo udah tes dan positif.

Pasien itu diem aja, keluarganya juga. Malah nyembunyiin hasil tesnya, katanya ketinggalan lah apalah.

Asli, mamaku, sama perawat lain langsung nangis di ruangan. Mereka takut guys, posisi nggak pakai APD dan nanganin pasien Covid-19," tulis akun Instagram @tasyaist dalam Insta Story yang diunggah oleh akun Twitter @dutasampolaiin pada Rabu (22/4/2020).

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Hingga Kamis (23/4/2020), twit tersebut telah di-retwit sebanyak lebih dari 26.500 kali dan telah disukai sebanyak lebih dari 33.300 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Sebelumnya, ada dua perawat meninggal dunia dan 46 tenaga kesehatan dilaporkan tertular Covid-19 saat menangani pasien di RSUP Kariadi, Semarang pada 9 April 2020.

Kasus serupa juga terjadi di Provinsi Bengkulu, sebanyak 18 tenaga medis harus diisolasi lantaran ada seorang pasien Covid-19 yang tidak jujur menceritakan riwayat perjalanannya.

Baca juga: Faktor yang Mendasari Mengapa Tenaga Kesehatan Kerap Jadi Korban Pertama Covid-19

Petugas medis berfoto bersama saat Polisi Toronto dan responder garis depan kota memberikan penghormatan kepada tenaga kesehatan di sepanjang University Avenue saat jumlah kasus penyakit virus corona (Covid-19) terus meningkat di Toronto, Ontario, Kanada, AS, Minggu (19/4/2020). Berdasarkan data Johns Hopkins University, hingga Selasa (21/4/2020), AS masih menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi dunia mencapai 787.794 dengan korban meninggal 42.362.ANTARA FOTO/REUTERS/CARLOS OSORI Petugas medis berfoto bersama saat Polisi Toronto dan responder garis depan kota memberikan penghormatan kepada tenaga kesehatan di sepanjang University Avenue saat jumlah kasus penyakit virus corona (Covid-19) terus meningkat di Toronto, Ontario, Kanada, AS, Minggu (19/4/2020). Berdasarkan data Johns Hopkins University, hingga Selasa (21/4/2020), AS masih menjadi negara dengan kasus Covid-19 tertinggi dunia mencapai 787.794 dengan korban meninggal 42.362.

Lantas, mengapa orang dengan Covid-19 cenderung menutupi riwayat perjalanan atau berlaku tidak jujur kepada petugas kesehatan?

Penjelasan sosiolog

Guru Besar Sosiologi dari Universitas Airlangga (Unair), Bagong Suyanto mengungkapkan, seseorang terdampak Covid-19 menjadi tidak jujur disebabkan oleh dua hal.

"Mereka tidak jujur karena dua hal. Pertama, karena takut menjadi korban stigma yang dijauhi masyarakat. Kedua, karena ketidakjelasan informasi tentang proses penularan Covid-19 menyebabkan masyarakat takut jika dirawat di RS. Khawatir karena tidak tahu bagaimana nasib mereka," ujar Bagong saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/4/2020).

Menurutnya, tindakan yang sekiranya dapat mendorong mereka untuk jujur dalam menyampaikan riwayat perjalanan yakni dengan pengembangan literasi khususnya tentang Covid-19.

"Perlu jaminan pemerintah tentang mekanisme penanganan pasien Covid-19," lanjut dia.

Selain itu, pemerintah juga perlu melakukan tindakan sosialisasi yang pasti tentang perawatan dan hak pasien.

Hal ini ditujukan agar orang yang melapor sakit Covid-19 tidak merasa diperlakukan sebagai terdakwa.

"Setidaknya ada jaminan kepastian pasien mendapatkan perawatan terbaik," imbuhnya.

Baca juga: Faktor yang Mendasari Mengapa Tenaga Kesehatan Kerap Jadi Korban Pertama Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Penggunaan Masker Kain

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com