KOMPAS.com - Ramadhan 2020 telah tiba. Saatnya umat Muslim menjalankan ibadah puasa. Pada masa pandemi virus corona seperti saat ini, asupan harus lebih diperhatikan untuk menjaga imunitas yang kuat dengan konsumsi makanan bergizi serta cukup cairan.
Penting menjaga tubuh selalu terhidrasi agar tidak lemas dan tetap sehat.
Bagaimana menjaga agar tubuh mendapatkan asupan cairan yang cukup selama berpuasa?
Ahli gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Perdana Samekto mengatakan, kebutuhan cairan setiap orang berbeda-beda.
Oleh karena itu, patokan yang digunakan bukan minum sekian gelas per hari, melainkan dapat dipantau dari warna urine.
"Kebutuhan minum tergantung situasi seperti aktivitas fisik dan suhu," kata Samekto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (23/4/2020).
Menurut dia, menjaga tubuh tetap terhidrasi saat berpuasa dapat dilakukan pada waktu sahur dan berbuka.
"Pada saat puasa, siang harinya kadang kita tidak bisa menghindari dehidrasi, apalagi kalau kita bekerja di situasi suhu yang panas dan karena puasa tidak bisa minum. Yang bisa kita lakukan adalah menjaga hidrasi pada saat setelah berbuka," ujar Samekto.
Ia mencontohkan, setelah berbuka puasa, jika urine tidak berwarna kuning jernih, kemungkinan menunjukkan tanda kurang cairan.
Jika kondisi seperti ini, sebaiknya segera minum agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
Baca juga: Puasa di Rumah Saja, Berikut Tips Mengolah Makanan Instan Agar Lebih Bergizi
Samekto menjelaskan, perhitungan kebutuhan cairan berbeda untuk setiap berat badan. Misalnya, berat badan 50 kilogram membutuhkan cairan sebanyak 2.100 ml.
Berikut cara menghitung kebutuhan cairan yang diberikan Samekto:
Cara memenuhi kebutuhan air untuk tubuh ini sebenarnya tidak ada aturan khusus.
Namun, dalam kondisi berpuasa dapat dibagi menjadi beberapa saat seperti ketika sahur, berbuka, dan sebelum tidur.