Media Amerika Serikat, Washington Examiner juga turut melaporkan berita serupa.
"Gunung berapi yang terkenal, Krakatau, meletus pada Jumat, memuntahkan abu vulkanik setinggi 9 mil ke udara," tulis Washington Examiner.
Media tersebut menulis, sekitar pukul 11 malam Waktu setempat, letusan gunung berapi yang keras dilaporkan didengar oleh warga Indonesia yang berada di ibu kota negara, Jakarta, lebih dari 90 mil jauhnya.
"Gambar yang diambil dari webcam di dekat area tersebut menunjukkan lava yang mengalir dari gunung berapi," tulisnya lagi.
Media tersebut juga menyoroti bahwa letusan ini diyakini sebagai yang paling kuat sejak Desember 2018.
Baca juga: BMKG: Dentuman di Jakarta Tak Berkaitan dengan Gunung Anak Krakatau
Pada waktu itu, letusan GAK menghasilkan tsunami mematikan yang menewaskan lebih dari 400 orang di pantai-pantai di Sumatra bagian tenggara dan Jawa bagian barat.
Washington Examiner menutup beritanya dengan menuliskan sejarah erupsi dahsyat Krakatau yang terjadi pada 1883.
"Pada tahun 1883, gunung berapi itu meletus dengan ledakan dahsyat yang 10.000 kali lebih kuat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima," tulis Washington Examiner.
Letusan itu menewaskan sekitar 36.000 orang, menghancurkan ratusan desa, dan abunya menyebar hingga Eropa. Penelitian menunjukkan bahwa dampak letusan tersebut kemungkinan telah menyebabkan penurunan suhu global selama bertahun-tahun.
Baca juga: Erupsi Gunung Anak Krakatau, Operasional Bandara Radin Inten II Masih Normal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.