Angka tersebut diambil dari data/penelitian pola dan kecepatan penyebaran virus corona di China. Angka Ro atau angka reproduksi ini dapat dijadikan pijakan dalam proyeksi kasus harian.
"Sehingga ketika angka yang didapat tidak sesuai, kita bisa curiga bahwa tes yang kita lakukan kurang banyak," paparnya.
Waktu penggandaan atau doubling time
Dalam ilmu epidemiologi, laju kenaikan kasus menyatakan seberapa besar kasus itu meningkat dalam suatu periode waktu tertentu.
Misalnya, jumlah kasus baru meningkat dua kali lipat dalam waktu satu minggu (waktu penggandaan, doubling time).
Tanpa ada pembatasan yang ketat, pertumbuhan jumlah pasien karena penularan virus adalah eksponensial. Artinya untuk tiap periode waktu yang sama terlewatkan, jumlah pasien menjadi N kali jumlah pasien sebelumnya.
Misalnya, jika jumlah pasien meningkat 2x setiap hari–setiap satu pasien menularkan ke dua orang–maka jumlah pasien pada hari pertama hingga hari ke-7 adalah: 1, 2, 4, 8, 16, 32, 64.
Meskipun tren kenaikkan kasus virus corona semakin meningkat, di sisi lain Dicky menilai, kenaikan tren ini bisa dilihat sisi positifnya.
"Karena semakin kita perbanyak tes dan ketahui orang yang positif maka kita juga bisa mencegah kematian lebih dini dan juga melakukan tindakan isolasi untuk mencegah potensi penularan," jelas Dicky.
Baca juga: Benarkah Virus Corona Penyebab Covid-19 Berasal dari Pasar Wuhan?
Pentingnya tes masif
Peningkatan angka kasus positif virus corona bukan sebuah alasan untuk terjadinya kepanikan.
Angka yang terus meningkat justru menunjukkan keberhasilan tes masif dalam mendeteksi potensi bahaya yang akan terjadi lebih dini.
"Hal ini yg harus dipahami setiap negara. sehingga tidak alergi dengan besarnya jumlah kasus akibat intensifikasi dan ekstensifikasi tes," ujar Dicky.
Sementara itu, Indonesia memiliki potensi besar penyebaran Covid-19. Namun sayangnya, jumlah cakupan tes di Indonesia justru sangat sedikit jika dibandingkan negara ASEAN yang lain.
Tes masih rendah