Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Perawat Meninggal karena Corona, PPNI Minta Stop Stigmatisasi

Kompas.com - 10/04/2020, 15:17 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebanyak 10 perawat di Indonesia dilaporkan meninggal dunia karena terpapar virus corona. Meskipun demikian, stigmatisasi terhadap perawat masih dijumpai dan mengundang keprihatinan organisasi perawat. 

Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI) telah mengeluarkan sikap terkait adanya stigmatisasi negatif terhadap rekan-rekan perawat di berbagai daerah terkait virus corona Covid-19.

Stigmatisasi ini terjadi di antaranya ketika pengusiran perawat dari kos yang ditempatinya, bahkan, ada pula penolakan pemakaman jenazah perawat yang positif terinfeksi virus corona di Semarang.

Untuk itu PPNI mengeluarkan sikap melalui siaran pers yang dikeluarkan Jumat (10/4/2020) dan diunggah melalui akun Instagram @DPP_PPNI.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by DPP PPNI (@dpp_ppni) on Apr 9, 2020 at 6:15pm PDT

Poin utama yang disampaikan dalam keterangan resmi itu adalah kecaman keras terhadap stigmatisasi negatif terhadap tenaga perawat terkait wabah Covid-19.

Penolakan yang ditunjukkan oleh sejumlah masyarakat disebut sebagai tindakan yang tidak manusiawi.

Selain itu, PPNI juga menegaskan jenazah perawat yang ditolak untuk dimakamkan di Semarang telah melalui proses pemulasaraan yang disyaratkan, sehingga tidak beralasan jika penolakan itu muncul. 

Baca juga: Ketika Wuhan Berangsur Pulih Pasca 11 Minggu Lockdown akibat Covid-19

Ketua Umum DPP PPNI Harif Fadhillah meminta Pemerintah untuk menjaga martabat para tenaga medis khususnya perawat.

Kemudian, Harif juga mendesak aparat berwajiib untuk mengusut tuntas kasus penolakan dan segala macam stigmatisasi yang diarahkan pada para perawat.

"Hentikan stigmatisasi dan intimidasi terhadap perawat di tempat kerja dan di tempat tinggalnya, dan tidak ada kejadian serupa dan berulang yang akan menurunkan semangat juang dan motivasi perawat dalam pelayanan yang penuh dengan risiko serta mengancam nyawanya sendiri," kata Harif dalam keterangan tertulis.

Selain itu, Ketua Bidang Sistem Informasi dan Komunikasi Rohman Azzam saat dihubungi Jumat (10/4/2020) siang juga mengaku sangat menyayangkan aksi penolakan yang dialami sejumlah perawat di berbagai wilayah di Indonesia.

Khususnya, penolakan pemakaman jenazah perawat NK, Kamis (9/4/2020), yang sebelumnya bertugas di RS Karyadi Semarang.

"Kami sangat menyayangkan respons yang berlebihan dari masyarakat, padahal prosedur, tata laksana, atau pemulasaraan jenazah itu sudah sedemikian rupa dilakukan rumah sakit. Mulai dari dia sakit sampai dia dibawa ke tempat pemakaman itu sudah diberlakukan sesuai standar dan safety," kata Rohman.

"Ini sayang ada masyarakat yang memprovokasi sehingga terjadi penolakan. Ini kita juga lagi berkomunikasi dengan banyak pihak termasuk pemerintah kota Semarang untuk ini tidak terjadi lagi," lanjutnya.

Baca juga: Dampak Corona, Pemandangan Ini Muncul dari Himalaya hingga Jakarta

10 perawat meninggal karena corona

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com