Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Perawat Meninggal karena Corona, PPNI Minta Stop Stigmatisasi

Kompas.com - 10/04/2020, 15:17 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sejauh ini, PPNI mencatat sudah terdapat 10 orang perawat yang terkonfirmasi meninggal akibat terinfeksi virus corona.

Namun, untuk berapa banyak perawat yang mengidap Covid-19 masih dalam pendataan pihak PPNI. 

"Kasus meninggal kami sudah ada 10 orang datanya, itu terjadi di berbagai tempat. Memang yang terbanyak di Jakarta, kasus ini. Positif yang terkena covid saya belum update datanya, ada di satgas," jelas Rohman.

Berbicara soal pengusiran perawat dari tempat tinggalnya, Rohman meminta masyarakat untuk bisa memahami kondisi yang ada secara dewasa.

Menurutnya, setiap tenaga kesehatan sudah tahu apa yang harus dilakukan sebelum keluar dari rumah sakit dan pulang ke tempat tinggalnya.

Ada sejumlah prosedur yang harus mereka lakukan untuk memastikan tidak ada penyakit yang dibawa.

"Kalau dia (perawat) mau pulang ke rumah, pasti dia sudah prepare dari lokasi rumah sakit. Dia sudah tahu itu bagaimana mengamankan, meskipun memang sulit, tapi dia lakukan itu. Kemudian rumah sakit sekarang juga sudah mulai memfasilitasi, misalnya diantar, ada mobil jemputannya. Nah itu kan cara-cara yang dilakukan supaya safety," ungkap Rohman.

Para tenaga perawat disebut membutuhkan istirahat untuk menjaga stamina tubuhnya di tengah tuntutan profesi yang begitu tinggi saat ini.

"Bekerja di situasi stres seperti ini kan energi habis. Dia butuh istirahat supaya stamina dia bagus, imunitas dia enggak menurun. Bayangkan kalau dia mau pulang istirahat, ditolak. Akhirnya dia terpaksa ke rumah sakit lagi, situasi di rumah sakit kan banyak risiko. Dia stres," ucapnya.

Baca juga: Baru Mengetes 52 Orang Per 1 Juta Penduduk, Bagaimana Tes Virus Corona di Indonesia?

Ajak masyarakat pahami kondisi perawat

Kejadian pengusiran beberapa di antaranya terjadi di Jakarta Utara, Rawamangun, Jakarta Timur, dan Solo Baru, Jawa Tengah.

Rohman mengajak semua masyarakat untuk bisa memahami bahwa perawat dan tenaga medis lainnya merupakan orang yang akan menolong mereka apabila mereka alami masalah kesehatan.

Jadi, jangan sekali pun memperlakukan mereka dengan tindakan yang tidak manusiawi.

"Saya khawatirnya, teman-teman (perawat) itu menurun semangatnya, lalu dia menolak ditugaskan. Siapa yang akan merawat yang sakit. Itu masyarakat yang bersikap seperti itu dia tidak memikirkan ke situ. Coba kalau misal dirinya atau anggota keluarganya yang mengalami sakit?" ujar Rohman.

Akibat adanya stigmatisasi dan penolakan yang terjadi, PPNI menginisiasi pada semua perawat di mana pun bertugas untuk mengenakan pita hitam sebagai tanda berkabung dan solidaritas.

"Iya betul, jadi bermula dari kasus penolakan-penolakan itu tadi, stigma ini tidak boleh dibarkan. Kita lakukan gerakan mengenakan pita hitam," ucap Rohman.

Gerakan ini dimulai pada hari ini sesaat setelah surat pernyataan dikeluarkan pagi tadi. Namun, waktu pelaksanaan gerakan ini belum dipasikan akan berlangsung hingga kapan.

"Kita lihat saja nanti respons yang terjadi. Kita juga sedang pantau terus," ujarnya.

Baca juga: Desainer Ini Buat Tutorial Cara Bikin Masker Kain untuk Cegah Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Profil Shaun Evans, Wasit Indonesia vs Korsel Piala Asia U23 2024

Tren
Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Kenya Diterjang Banjir Bandang, KBRI Pastikan Kondisi WNI Aman

Tren
Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Jadwal Festival Lampion Waisak Borobudur 2024, Tukar Tiket Mulai Mei

Tren
Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Penelitian Menemukan Bagaimana Kucing Menghasilkan Suara Dengkuran Uniknya

Tren
Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Shin Tae-yong Paling Lama

Tren
Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Belum Terjual, Mobil Mario Dandy Dilelang mulai Rp 809 Juta, Simak Cara Belinya

Tren
Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Shin Tae-yong dan Pratama Arhan Akan Hadapi Rekannya

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Korea Selatan di Piala Asia U23, Kick Off 00.30 WIB

Tren
Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Kronologi Perampok Sebar Uang Curian Rp 250 Juta untuk Mengecoh Kejaran Warga di Jambi

Tren
20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

20 Negara Penduduk Terbanyak di Dunia 2024, Indonesia Nomor Berapa?

Tren
Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Ilmuwan Akhirnya Tahu Apa Isi Bulan, Disebut Mirip dengan Bumi

Tren
14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

14 Kepala Daerah Penerima Satyalancana dari Jokowi, Ada Bobby tapi Gibran Batal Hadir

Tren
KAI Sediakan Fitur 'Connecting Train' untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

KAI Sediakan Fitur "Connecting Train" untuk Penumpang yang Tidak Dapat Tiket di Stasiun

Tren
Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Daftar Dugaan Keterlibatan Keluarga SYL dalam Pencucian Uang, Digunakan untuk Skincare dan Renovasi Rumah

Tren
Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Daftar Keluarga Jokowi yang Terima Penghargaan, Terbaru Bobby Nasution

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com