APA kabarmu? Perubahan yang setengah terpaksa kita lakukan karena pandemi covid-19 mulai terasa tidak terlalu memaksa setelah tiga minggu kita jalankan.
Kalau kamu sudah ringan dan tanpa keterpaksaan melakukan kebiasaan baru pasca-seruan pemerintah untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan belajar di rumah, 15 Maret 2020 lalu, kamu termasuk yang cepat beradaptasi dan berubah. Selamat untuknya.
Rata-rata, dibutuhkan 66 hari untuk perubahan perilaku menjadi otomatis atau ringan dilakukan tanpa terpaksa.
Terbantuknya kebiasaan baru itu tergantung pada perilaku, orang, dan keadaan. Dalam sebuah studi, butuh waktu antara 18 hari hingga 254 hari bagi orang untuk membentuk kebiasaan baru.
Kalau dalam tiga minggu ini perilaku sudah berubah dan adaptasinya menjadi mudah, kamu termasuk orang di atas rata-rata. Kalau ternyata belum dan masih susah beradaptasi dengan perubahan, jangan juga berkecil hati. Masih terbuka ruang untuk perubahan itu.
Bicara soal peruabahan, pekan lalu saya mendapati postingan tiga zona emosi di era covid-19 dalam bentuk tiga lingkaran.
Tidak lama kemudian, ada orang yang memikirkan orang lain dan menerjemahkan postingan itu. Terima kasih Annastasia Ediati.
Dari postingan yang kemudian dijadikan acuan banyak orang itu, kita bisa mengetahui ada di zona mana saat ini. Seperti kata para psikolog, zona itu bukan zona yang linier.
Artinya, setiap orang tidak harus melalui zona takut lalu ke zona belajar dan kemudian ke zona bertumbuh. Bisa jadi lompat-lompat juga, tergantung bagaimana situasi nyata yang dihadapi seseorang.
Kita bersyukur, setelah sebulan lebih kita dikepung rasa takut karena virus corona, kita belajar bersama dan mulai bertumbuh.
Kita masih ingat ketakutan kita saat kasus 1 dan kasus 2 diumumkan. Terjadi kelangkaan stok masker medis karena semua orang ingin membeli di luar kebutuhan dan peruntukan yang wajar.Dalam situasi itu, cepat sekali rasa takut menyebar di media sosial dan di genggaman kita lewat whatsapp group.
Hoaks lantas diproduksi untuk meluaskan rasa takut itu. Orang mudah sekali marah dan panik karena situasi ini. Ada yang mengambil keuntungan dari situasi ini.
Meskipun sudah surut, ketakutan, keluhan dan kemarahan masih kita rasakan saat ini. Di media sosial misalnya, lebih banyak orang yang mulai menerima kenyataan. Tidak lagi masif sebaran informasi di media sosial yang tidak jelas kebenarannya. Kontribusimu nyata untuk hal ini.
Saya yakin, kamu ada dalam zona ini sejak awal karena mulai mengenali emosi diri sendiri. Kerap mengambil waktu hening untuk merespons segala situasi berdampak baik. Informasi yang memicu kecemasan berlebih kamu sikapi sewajarnya dan jika perlu kamu hindari.
Di zona ini, kita semua belajar menjadi sadar situasi untuk bisa berpikir jernih dan bertindak. Dalam situasi ini, kita menyadari bahwa semua pihak tengah berupaya melakukan yang terbaik untuk mengatasi pandemi ini.